Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

CONTOH TERBARU PTK IPS SOSIOLOGI KELAS XI WORD

CONTOH TERBARU PTK IPS SOSIOLOGI KELAS XI WORD-Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Sosiologi dan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi partisipan dan tes tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi siswa. Hal ini didukung dengan data penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan persentase ketuntasan tes tertulis yang dilakukan pada pertemuan kedua di setiap siklusnya.  ptk sosiologi sma pdf

Pada saat pra siklus, ketuntasan siswa hanya 41%, setelah dilaksanakan siklus I dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 65% kemudian pada tindakan siklus II, ketuntasan hasil belaja siswa mencapai 88%. Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... Tahun Pelajaran 2017/2018. Aktivitas siswa terdiri dari rasa ingin tahu, kerjasama dan tanggung jawab. Pada siklus I aktivitas belajar siswa memperoleh skor akhir 64%, artinya aktivitas belajar siswa berada pada kriteria baik. Pada siklus II skor akhir aktivitas belajar siswa mencapai 88% sehingga berada pada kriteria sangat baik.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas SOSIOLOGI SMA yang diberi judul PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA  MATERI MENGANALISIS KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL KELAS XI SMA NEGERI 1 ... TAHUN PELAJARAN 2017/2018". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK IPS SOSIOLOGI SMA KELAS XI lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK SMA 067).

DOWNLOAD LENGKAP PTK KENAIKAN PANGKAT GURU SMA

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian dari integral dalam pembangunan, proses pendidikan tak dapat dipisahkan dalam proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari segi pendidikan. Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan Nasional, yang dikemukakan oleh Mustan (Rahim, 2005: 8) bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia seutuhnya. Selain beriman, bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta sehat jasmani dan rohani, juga memiliki kemampuan dan keterampilan.

Sehubungan dengan kompleksnya mata pelajaran sosiologi sebagaimana disebutkan di atas maka sosiologi harus dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar yang berlangsung secara kondusif sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena sosial yang terjadi pada kehidupan sehari-hari berdasarkan sudut pandang sosiologi. Untuk mengetahui apakah siswa tersebut telah menguasai materi pembelajaran yang telah diajarkan adalah dengan meningkatnya hasil belajar siswa. contoh ptk sosiologi sma 2013
Akan tetapi, fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah. Permasalahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah juga terjadi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 .... Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan di dalam kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... yang mengakibatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah adalah 1) Guru lebih sering menggunakan metode konvensional yang lebih mementingkan hasil daripada proses pembelajaran sehingga pembelajaran terkesan monoton; 2) Siswa juga sulit dalam memahami materi pembelajaran sosiologi karena mereka hanya dijelaskan sesuai yang ada pada buku pelajaran dan contoh yang diberikan sebagian besar juga sama seperti yang ada pada buku; 3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga kurang; 4) Kemudian sebagian siswa yaitu 41% atau hanya 14 siswa kelas XI IPS 1 yang mencapai KKM pada mata pelajaran sosiologi, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 ... adalah 75.

Fakta di atas menunjukkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah sehingga salah satu jalan keluarnya adalah merubah model pembelajarannya dengan menerapkan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran sosiologi. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan model pembelajaran yang berfokus kepada siswa. Model pembelajaran berbasis masalah tersebut bercirikhaskan mengenai masalah-masalah pada kehidupan nyata dan merupakan pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas penyelidikan dalam memecahkan masalah tersebut.

Dalam hal ini diharapkan, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya karena ia akan memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar mengenai materi yang sedang dipelajari. Selain itu, model pembelajaran berbasis masalah ini membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dengan permasalahan yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok tersebut.  Pembagian kelompok juga dilakukan secara heterogen sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain walaupun bukan peer groupnya, meningkatkan partisipasi, saling membantu, dan saling bekerjasama dalam berdiskusi memecahkan permasalahan yang mereka dapatkan serta berperan aktif di dalam pembelajaran Sosiologi.

Berdasarkan paparan di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi pada Materi Menganalisis Konflik Dan Integrasi Sosial Kelas XI SMA Negeri 1 ... Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Apakah hasil belajar Sosiologi materi menganalisis konflik dan integrasi sosial pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 ... akan meningkat melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah tahun pelajaran 2017/2018?
Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 ... pada mata pelajaran Sosiologi selama proses pembelajara melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Meningkatkan hasil belajar Sosiologi materi menganalisis konflik dan integrasi sosial pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 ... akan meningkat melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah tahun pelajaran 2017/2018
Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 ... pada mata pelajaran Sosiologi selama proses pembelajara melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

Manfaat Penelitian
Dengan adanya perbaikan pembelajaran melaui PTK akan dapat memberikan kontribusi ke berbagai pihak yaitu :
Bagi Guru 
Dapat melakukan upaya berbagai permasalahan pembelajaran dengan model pembelajaran yang lebih bervariasi.
Bagi Siswa 
Agar proses belajar lebih menarik sehingga siswa terbiasa dan termotivasi untuk belajar, sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dan mendapatkan pengalaman belajar yang baru.
Bagi Sekolah
Menghasilkan kebiasaan belajar yang baik bagi siswa yang akan meningkatkan kualitas lulusan sekolah.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) IPS SOSILOGI ANALISIS KONFLIK 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Komalasari (2013: 58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa utuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. 
Wardani (2007: 27) mengatakan, “Model pembelajaran berbasis masalah dapat menyajikan masalah autentik dan bermakna sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri”. Dan model pembelajaran berbasis masalah menurut Suradijono (dalam Pitriani, 2014: 32) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan data dan mengintegrasikan pengetahuan baru”. 

Beberapa definisi menurut para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai langkah untuk mengumpulkan pengetahuan, sehingga dapat merangsang siswa untuk berfikir kritis dan belajar secara individu maupun kelompok kecil sampai menemukan solusi dari masalah tersebut. Peran guru pada model pembelajaran masalah yaitu sebagai fasilitator dan membuktikan asumsi juga mendengarkan perspektif yang ada pada siswa sehingga yang berperan aktif di dalam kelas pada saat pembelajaran adalah siswa.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012: 401) mengemukakan sintaks pembelajaran berbasis masalah yaitu: 
Orientasi siswa pada masalah 
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan dan alat) apa yang diperlukan bagi penyelesaian masalah serta memberikan motivasi kepada siswa agar menaruh perhatian terhadap aktivitas penyelesaian masalah. 
Mengorganisasi siswa. 
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan pembelajaran agar relevan dengan penyelesaian masalah. 
Membimbing penyelidikan indvidu maupun kelompok 
Guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, dan mencari penjelasan dan pemecahan masalah. 
Mengembangkan dan menyajikan hasil. 
Guru membantu siswa dalam perencanaan dan perwujudan hasil yang sesuai dengan tugas yang diberikan; 
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. 
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya serta proses-proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. 

Kesimpulan yang diambil dari pendapat Arends mengenai langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut penulis yaitu pada langkah awal pembelajaran siswa harus mampu merumuskan masalah yang akan dipecahkan dan dipelajari, dan guru bertugas untuk membimbing siswa, selanjutnya siswa harus mampu menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang, setelah itu siswa menentukan sebab akibat yang akan dipecahkan atau diselesaikan, untuk memecahkan masalah yang ada siswa harus mengumpulakan informasi atau data dari berbagai sumber yang relevan, kemudian siswa berhipotesis untuk mengahasilkan data yang dibutuhkan dan menarik kesimpulan.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Hariyanto dan Warsono (2012:52), kelebihan dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah antara lain: 
Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, yang ada dalam kehidupan sehari-hari; 
Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya; 
Semakin mengakrabkan guru dengan siswa; 
Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui eksperimen hal ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan metedo eksperimen. 

Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar
Skinner dalam Sagala (2010:14) mendefiniskikan belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif dan berkelanjutan.
Menurut Gagne dalam Sagala (2010:17) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. 
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250) hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Gagne dalam Purwanto (2010:24) hasil belajar adalah terbentuknya konsep , yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus- stimulus baru dalam menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori- kategori. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
Menurut Anitah, dkk (2008:2.19) Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suaru perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dari diri setiap individu kedalam perubahan ke arah yang lebih baik.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara  lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
Faktor Internal
Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. 
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.

Faktor Eksternal
Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketarampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar” (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern.Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

“Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik” (Sudjana,2005:105).
Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 8 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain:
Visual activities, seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.
Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya.
Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.
Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.
Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Materi Pokok
Konflik berasal dari bahasa Latin yaitu conflitus (saling berbenturan, bertentangan, berlawanan, ketidaksesuaian). Menururt M.Z. Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan ketika tujuan pihak-pihak yang berkonflik tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga untuk menundukkan saingannya. Selain itu, menurut Soerjono Soekanto konflik yaitu suatu proses sosial orang per orang atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih, dimana pertentangan tersebut dapat berbentuk fisik dan nonfisik.
Kriteria konflik menurut Marck, Syinder, dan Gurr yaitu :
Melibatkan dua pihak atau lebih.
Pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi.
Cendering menjalankan perilaku koersif.
Dapat dideskripsikan dengan mudah oleh para pengamat sosial yang tidak terlibat dalam pertentangan.

Suatu konflik sudah tentu tidak muncul begitu saja. Banyak faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya konflik sosial. Apa saja faktor penyebab konflik sosial? Ini dia :
Adanya perbedaan kepentingan dan tujuan dari kedua belah pihak yang bertentangan.
Perbedaan latarbelakang kebudayaan yang berkaitan dengan individu atau kelompok.
Perbedaan ras, yaitu segolongan manusia yang memiliki ciri fisik yang sama.
Perbedaan individu menyangkut perasaan, pendirian, gagasan, ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas diri.
Perbedaan kepentingan antarindividu atau kelompok terutama dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Perubahan sosial yang berlangsung cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Secara umum, bentuk konflik sosial terdiri dari tujuh bentuk, yaitu :
Konflik Pribadi
Konflik ini terjadi dikarenakan ada dua individu yang mana sedang mengalami sebuah masalah pribadi dan saling tidak ingin menyadari kesalahan masing-masing. Dalam konflik pribadi, biasanya masing-masing individu akan berusaha untuk mengalahkan lawannya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah perselisihan paham, tawuran pelajar, dan lainnya.

Konflik Antar Kelas
Konflik yang terjadi antar kelompok ataupun individu yang memiliki masalah dengan individu lainnya yang berada di kelompok (kelas) lainnya. Yang dimaksud kelas disini dapat diartikan sebagai kedudukan seseorang ataupun kelompok di dalam lingkungan masyarakat secara vertikal (kelas atas atau kelas bawah). Contoh yang sering terjadi misalnya saja ketika buruh mengadakan unjuk rasa kepada pimpinan perusahaan untuk bisa menaikkan gaji. Yang mana buruh disini dapat diartikan kelas bawah sedangkan pimpinan perusahaan merupakan kelas atas.

Konflik Politik
Konflik sosial yang terjadi pada dua kelompok atau individu yang satu sama lainnya memiliki perbedaan serta pandangan berbeda mengenai prinsip dari masalah ketatanegaraan yang akhirnya berdampak pada perselisihan pandangan. Konflik politik ini bisa mengaitkan beberapa golongan-golongan tertentu dalam masyarakat hingga negara. Contoh konflik politik misalnya terjadi perselisihan antara partai politik dengan partai politik lainnya saat merumuskan undang-undang.

Konflik Rasial
Konflik rasial merupakan konflik yang terjadi diantara kelompok ras yang berbeda dikarenakan adanya kepentingan serta kebudayaan yang bertabrakan satu sama lainnya.. Konflik ini biasanya terjadi karena salah satu ras yang merasa lebih unggul dibandingkan dengan ras lainnya. Salah satu contoh yang cukup populer dari konflik rasial ini adalah yang terjadi di Afrika Selatan, yaitu Politik Apartheid. Konflik ini terjadi pada ras kulit putih yang merupakan penguasan dengan ras kulit hitam yang menjadi golongan mayoritas yang ingin dikuasai.

Konflik Internasional
Konflik internasional merupakan konflik yang terjadi dengan melibatkan beberapa kelompok negara dikarenakan adanya perbedaan kepentingan di dalamnya. Banyak sekali kasus konflik internasional yang terjadi berawal dari konflik dua negara yang mana dikarenakan adanya masalah ekonomi dan politik. Lambat laun, konflik yang terjadi diantara kedua negara ini berkembang dan menjadi konflik internasional. Hal ini terjadi karena masing-masing negara mencari kawan sekutu yang memiliki visi serta tujuan yang sama mengenai masalah yang sedang terjadi. Contoh dari konflik internasional misalnya saja pada Negara Indonesia dan Malaysia yang memperebutkan perbatasan wilayah diantara kedua negara.

Konflik Antar Suku Bangsa
Konflik yang terjadi karena adanya perbedaan di dalam kehidupan masyarakat, antara suku bangsa yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang dimaksud adalah mulai dari abhasa daerah, adat istiadat, kesenian daerah, seni bangunan rumah, serta tata susunan kekerabatan. Contohnya saja, adat pernikahan suku Jawa dengan Suku Minang yang berbeda satu sama lainnya. Sehingga saat dua orang yang berasal dari suku yang berbeda menikah, tentu saja terkadang terjadi perdebatan mengenai adat yang akan digunakan.
Konflik Antar Agama
Bentuk-bentuk konflik sosial antara agama ini merupakan konflik yang terjadi pada pemeluk agama satu sama lainnya. Contohnya saja cara berpakaian, cara bersosialisasi, corak kesenian, penerapan hukum warisan, dan lainnya.

Kerangka Berpikir
Kompleksnya mata pelajaran Sosiologi harus dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar yang berlangsung secara kondusif sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena sosial yang terjadi pada kehidupan sehari-hari berdasarkan sudut pandang sosiologi. Untuk mengetahui apakah siswa tersebut telah menguasai materi pembelajaran yang telah diajarkan adalah dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
Akan tetapi, fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah. Permasalahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah juga terjadi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 .... Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan di dalam kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... yang mengakibatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah adalah 1) Guru lebih sering menggunakan metode konvensional yang lebih mementingkan hasil daripada proses pembelajaran sehingga pembelajaran terkesan monoton; 2) Siswa juga sulit dalam memahami materi pembelajaran sosiologi karena mereka hanya dijelaskan sesuai yang ada pada buku pelajaran dan contoh yang diberikan sebagian besar juga sama seperti yang ada pada buku; 3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga kurang; 5) Kemudian sebagian siswa yaitu 41% atau hanya 14 siswa kelas XI IPS 1 yang mencapai KKM pada mata pelajaran sosiologi, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 ... adalah 75.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan model pembelajaran yang berfokus kepada siswa. Model pembelajaran berbasis masalah tersebut bercirikhaskan mengenai masalah-masalah pada kehidupan nyata dan merupakan pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas penyelidikan dalam memecahkan masalah tersebut. Dalam hal ini diharapkan, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya karena ia akan memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar mengenai materi yang sedang dipelajari. Selain itu, model pembelajaran berbasis masalah ini membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dengan permasalahan yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok tersebut. Pembagian kelompok juga dilakukan secara heterogen sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain walaupun bukan peer groupnya, meningkatkan partisipasi, saling membantu, dan saling bekerjasama dalam berdiskusi memecahkan permasalahan yang mereka dapatkan serta berperan aktif di dalam pembelajaran Sosiologi.

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Materi Menganalisis Konflik dan Integrasi Sosial pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1 ... Tahun Pelajaran 2017/2018”.

DOWNLOAD LAPORAN PROPOSAL PTK IPS SOSIOLOGI  KELAS XI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


Metode Penelitian
Menurut Suharsimi, Arikunto (2012: 137) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Suharsimi, Arikunto juga menjelaskan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris disebut dengan istilah classroom action research. Dari nama tersebut terkandung tiga kata yakni:
Penelitian : menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan cara menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Tindakan : menujukkan pada suatu obyek kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 
Kelas : dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang  kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spsifik, yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.  
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah–masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan penelitian yang lain, diantaranya yaitu : masalah yang diangkat adalah masalah yang diahadapi oleh guru dikelas dan adanya tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.

Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 ... yang beralamat di Jln. Padat Karya Kecamatan ... Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, yang dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018. Adapun pelaksanaan penelitian ini adalah sebagi berikut:
Siklus I
Pertemuan 1 : Senin, ... September 20..
Pertemuan 2 : Senin, .. September 20..
Siklus II
Pertemuan 1 : Senin, .. Oktober 20..
Pertemuan 2 : Senin, .. Oktober 20..

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ..., yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian adalah mata pelajaran Sosiologi. Data siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Data Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ...

Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes dan observasi.
Tes 
Tes dalam penelitian ini adalah tes individu yang merupakan tes tertulis dan dilaksanakan satu kali yaitu pada pertemuan kedua pada setiap siklusnya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi.
Observasi
Sukmadinata, Nana Syaodih (2013:220) mengatakan “Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Lembar observasi diisi oleh observer yang mengamati aktivitas siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... selama mengiuti proses pembelajaran. Observer pada penelitian ini yaitu rekan sesama guru di SMA Negeri 1 ....

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor yang menentukan bermutu atau tidaknya penulisan yang dilakukan, karena instrumen merupakan alat ukur yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian. Arikunto, Suharsimi (2013:203) berpendapat “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. 
Tes Hasil Belajar
Instrumen yang akan digunakan adalah tes tertulis. Instrumen ini disusun berdasarkan rumusan dan tujuan pembelajaran. Tes yang diberikan sesuai dengan materi yang telah dipelajari yaitu menganalisis konflik dan integrasi sosial.
Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk membantu observer dalam mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Observasi aktivitas belajar siswa terdiri atas tiga indikator pengamatan. Aktivitas siswa yang diamati yaitu rasa ingin tahu, kerjasama dan tanggung jawab.

Teknik Analisis Data
Analisis Tes Hasil Belajar
Hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... dilihat berdasarkan perolehan nilai rata-rata dari hasil tes belajar siswa dan pesentase ketuntasan yang telah disesuaikan dengan KKM mata pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 ... yaitu 75.
Analisis Lembar Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Sebelum dilakukan observasi, penulis bersama observer mendiskusikan pedoman observasi agar kegiatan observasi dapat dilakukan secara objektif dan diperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengamatan dilakukan sejak awal kegiatan pembelajaran sampai guru menutup pelajaran. 
Analisis lembar observasi diperoleh dari skor total atau skor akhir hasil observasi. Skor yang diberikan menggunakan interval 1 sampai 4 yang mengadopsi dari kriteria yang dinyatakan oleh Riduwan (2013:93) yaitu sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
Setiap butir item pernyataan memiliki skor maksimal 4 dan skor minimal 1. Skor maksimal ideal (SMI) diperoleh dengan cara mengalikan jumlah item pernyataan sebanyak 3 pernyataan dengan skor maksimal aktivitas belajar yaitu 4 dan jumlah siswa yaitu 34, sehingga diperoleh skor maksimal ideal  sebesar 408. 
Untuk mengetahui skor akhir aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran dilakukan perhitungan menurut Djamarah, Syaiful Bahri (2010: 426) sebagai berikut:
SA = (∑X)/N x 100%
Keterangan :
SA = Skor Akhik
∑X = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh
N   = Jumlah skor keseluruhan maksimal
Hasil perhitungan skor akhir aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kriteria Aktivitas Belajar dan Pembelajaran

Indikator Keberhasilan
Tingkat keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan perubahan ke arah perbaikan. Ketuntasan klasikal pada penelitian ini yaitu 85% untuk semua aspek penilaian.

Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakna selama dua siklus. Prosedur penelitian ditempuh melalui tahapan-tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas. Download ptk sosiologi sma pdf Dalam dua siklus yang direncanakan, ditempuh empat tahapan penelitian tindakan kelas metode Kemmis dan Taggart (dalam Kunandar, 2008:70), yang berpendapat sebagai berikut “Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementasi yang terdiri atas empat momentum esensial, antara lain perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”.
Penerapan keempat tahapan tersebut dalam penelitian ini, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tahap perencanaan (planning)

Tim peneliti  membuat rencana tindakan untuk mengetahui hasil belajar Sosiologi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 ... tahun pelajaran 2017/2018 untuk dijadikan rambu-rambu pada siklus kesatu. Pembuatan rencana tindakan siklus kesatu didasarkan pada hasil refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti secara kolaboratif.
Membuat instrumen yang diperlukan, seperti lembar tes dan lembar observasi.
Tahap pelaksanaan (acting)
Mengidentifikasi pengalaman konkret yang telah dimiliki siswa.
Siswa menerima bekal pemahaman dari guru sehubungan dengan keterampilan yang diperlukan.
Siswa menggunakan petunjuk yang diberikan guru dan menggunakan keterampilan yang telah dilatihkan sebelumnya.
Siswa mengadakan tukar pengalaman (sharing text periences) yang dilakukan dalam bentuk small group discussion.
Siswa menerima pemantapan dari guru sehubungan dengan hasil proses belajar yang telah ditempuhnya.

Tahap pengamatan (observing)
Tim peneliti mengamati situasi pembelajaran yang berlangsung.
Tim peneliti membuat rekomendasi terhadap hasil pengamatan untuk bahan refleksi.
Tahap refleksi (reflecting).
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah berlangsung pada siklus kesatu sesuai dengan data hasil observasi.
Tim peneliti mengidentifikasi kendala atau ancaman dan menentukan alternatif jalan keluar untuk mengatasinya.
Tim peneliti membuat perencanaan ulang (replanning) untuk siklus kedua, dan siklus-siklus berikutnya. 

Deskripsi setiap tahapan di atas, ditempuh pula pada siklus-siklus yang direncanakan. Tindakan dinyatakan berakhir setelah diperoleh optimalisasi dan semua yang terlibat merasa puas akan hasil yang telah dicapai.

CONTOH PTK IPS SOSIOLOGI KELAS XI LENGKAP WORD

DAFTAR PUSTAKA


A.M. Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja. GrafindoPersada. 
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang Riyanto. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, ed. 4, BPFE-. YOGYAKARTA.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 
I.G.A.K. Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. 
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstul : Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT. Refika Adiatama.
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
Nasution. 2004. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Vaiabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran. Depok : PT Rajagrafindo Persada. 
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta : Bandung.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran iInovatif berorientasi kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya CONTOH TERBARU PTK IPS SOSIOLOGI KELAS XI WORD

contoh ptk geografi, ptk geografi sma kelas xii, proposal ptk geografi sma pdf, penelitian tindakan kelas geografi, ptk guru geografi, judul ptk geografi, judul penelitian tindakan kelas geografi sma, download ptk sma lengkap, ptk geografi sma kelas xii, download ptk ekonomi sma lengkap doc,
proposal ptk geografi sma pdf, ptk sma kurikulum 2013, ptk ekonomi sma pdf, contoh ptk geografi, ptk ekonomi sma kelas xii,