Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

DOWNLOAD PTK TATA BUSANA KELAS IX SMP

DOWNLOAD PTK TATA BUSANA KELAS IX SMP-Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus pada semester gasal. Penelitian dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 3... Kabupaten .... Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif, dengan jumlah sampel siswa 30 anak.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut (1) Pelaksanaan pembelajaran tata busana dengan media alat peraga dilaksanakan dengan multi media yang menyajikan gambar diam dan bergerak (video). Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan gambar diam dan bergerak untuk dua tahap penting, yaitu: (a) Tahap pengantar, dimana ptk tata busana pdf Gambar diam dan bergerak digunakan untuk menyajikan berbagai fakta sebelum diberikan konsep pembelajaran; (b) Tahap konsep, dimana gambar dan video digunakan untuk membantu menjelaskan konsep secara visual; (2) Penggunaan media alat peraga dipadukan dengan metode diskusi dan pengulangan konsep-konsep penting dalam setiap sesinya oleh guru; (3) Penggunaan media alat peraga yang memanfaatkan multi media dapat meningkatkan penguasaan materi siswa dalam bidang tata busana, yang diindikasikan dengan tercapainya target nilai dan KKM (75) yang ditetapkan guru pada siklus II. Pada siklus I terjadi banyak peningkatan, dimana nilai rata-rata siswa menjadi 7,47 dengan 65,7% siswa yang tuntas belajar. Setelah siklus I diperbaiki dalam siklus II, prestasi belajar siswa menjadi meningkat lagi, dimana nilai rata-rata siswa mencapai 7,78 dengan 80% siswa tuntas belajar. Nilai dan ketuntasan belajar siswa pada siklus II telah mencapai target nilai rata-rata dan KKM (75) yang ditetapkan guru.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas TATA BUSANA SMP yang diberi judul 
PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI TATA BUSANA KELAS IX SMP ". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK TATA BUSANA SMP KELAS IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK SMP 081).

CONTOH LENGKAP PTK TATA BUSANA SMP KELAS IX

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Bidang studi Tata Busana sampai saat ini masih menjadi masalah bagi siswa, dimana tidak banyak siswa yang dapat memperagakan pelatihan sendiri di rumah, sedangkan materi tata busana menuntut banyak adanya praktikum atau peragaan. Sebagai dampaknya, pembelajaran tata busana hanya menjadi hafalan, dan siswa kurang mampu mengetahui berbagai proses implementasi konsep dalam praktek nyata. Berdasarkan hasil wawancara survay awal yang dilakukan pada sejumlah siswa kelas IX C, sebagai dampak dari hal tersebut adalah sulitnya siswa mengerjakan test dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam bidang tata busana. Hal ini juga dapat dilihat dari angka ketuntasan belajar siswa Kelas IX C di SMP Negeri 3... Kabupaten ... di mana dari 30 anak yang ada, baru 16 anak atau 53,3% siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa bidang studi Tata Busana merupakan bidang studi yang sulit dan perlu mendapat perhatian khusus dari pendidik. 
Bidang studi tata busana pada banyak melibatkan aspek-aspek visual yang menlibatkan indera pengihatan secara maksimal, seperti dalam materi tentang pemotongan kain, pembuatan pola pakaian, dan lainnya. Guru tata busana perlu untuk memiliki kemampuan atau  menggunakan media tertentu dalam menyampaikan informasi-informasi atau pengetahuan-pengetahuan yang dapat memberikan kejelasan bagi siswa, sehingga konsep-konsep yang seharusnya perlu melibatkan indera penglihatan dapat disampaikan secara optimal. Dengan demikian, maka dalam pembelajaran tata busana perlu dilakukan penggunaan media pembelajaran yang mampu memberikan gambaran yang jelas pada siswa terkait dengan visualisasi konsep, visualisasi proses, maupun visualisasi output pada siswa.

Pandangan tentang perlunya penggunaan media pembelajaran mengacu pada konsep yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang mengandung lima komponen yaitu komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media pembeajaran merupakan salah satu komponen yang peru diperhatikan untuk mendukung tercapainya komunikasi yang efektif dari pendidik kepada siswa. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Santyasa, 2007). Ha ini juga sesuai dengan penjeasan dari Criticos (1996) yang mengemukakan bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai sarana pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.

Alat peraga sifatnya lebih mampu memberikan pengalaman riil kepada siswa karena siswa dapat melihat, merasakan dan meraba alat peraga yang digunakan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Dale tentang kerucut pengalaman sebagaimana dikutip oleh Hamalik (1996) yang menjelaskan bahwa pengalaman berlangsung  dari tingkat yang konkrit naik menuju tingkat yang lebih abstrak.  Alasan lain adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Yulinda (2001) bahwa dalam pembelajaran Tata Busana selama ini dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep-konsep semata. Siswa banyak mengalami kesulitan belajar Tata Busana di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep Tata Busana, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan Tata Busana dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Tata Busana di kelas perlu ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep Tata Busana dengan pengalaman anak sehari-hari. Alasan lain khusnya terkait dengan materi  tata busana, materi ini merupakan materi yang lebih berhubungan dengan hal yang bersifat konkrit, yaitu membahas tentang berbagai konsep pakaian (fashion) yang banyak dijumpai daam kehidupan nyata. Dengan demikian, maka media pembelajaran diyakini cukup relevan untuk mendukung proses pembeajaran tata busana pada siswa. 

Alat peraga yang digunakan merupakan benda-benda tiruan yang memiiki bentuk sesuai dengan benda aslinya. Kesesuaian yang dimaksud bukanah selalu sama persis dengan aslinya, akan tetapi lebih ditekankan pada kesesuaian elemen-elemen yang berperan dalam memberikan bentuk benda. Media benda konkrit dapat membantu siswa berfikir secara konkrit menuju pada tahap berfikir secara abstrak. Hal ini terjadi karena melalui media benda konkrit maka pendidik dapat menyampaikan tentang unsur-unsur yang menyusunnya dan bagaimana mematematisasi unsur-unsur tersebut untuk proses perhitungan yang bersifat abstrak. 
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Alat Peraga untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Tata Busana Pada Siswa Kelas IX C SMP Negeri 3... Kabupaten ...”.

B. Rumusan Masalah 
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penggunaan media alat peraga untuk meningkatkan penguasaan materi Tata Busana pada siswa Kelas IX C SMP Negeri 3... Kabupaten ... tahun pelajaran 20../20..?”
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa setelah penggunaan media alat peraga?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diaksanakannya peneitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Langkah-langkah penggunaan media alat peraga untuk meningkatkan penguasaan materi Tata Busana pada siswa Kelas IX C SMP Negeri 3... Kabupaten ... tahun pelajaran 20../20...
2. Besarnya peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa setelah penggunaan media alat peraga. contoh ptk tata busana smp

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang penggunaan alat peraga dalam bidang studi Tata Busana.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai barikut:
a. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat  memberikan sumbangan pemikiran kepada guru tentang cara pembelajaran dengan menggunakan media konkrit untuk materi tata busana.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah kekayaan referensi tentang strategi pembelajaran dalam bidang studi Tata Busana.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TATA BUSANA SMP WORD

BAB II
KAJIAN  TEORI PENELITIAN

A. Media Pembelajaran
Media berasal dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengantar dalam  menyampaikan pesan komunikasi. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran (Santyasa, 2007).

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Ibrahim, 2001) adalah sebagai berikut:
1. Kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. 
2. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. 
3. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio. model pembelajaran tata busana
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut (Santyasa, 2007):

1. Verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
2. Salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. 
3. Perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. 
4. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.

Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut (Santyasa, 2007):
1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. download ptk smp kelas ix Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.

5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
B. Media Alat Peraga 
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). 

Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbul. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment) (Santyasa, 2008).
Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi mental siswa pada saat mengamati obyek (Santyasa, 2008).

Dalam usia siswa tingkat sekolah dasar tahap pemikiran anak masih pada tahap pemikiran konkrit. Dalam tahapan pemikiran kongkrit ini proses pembelajarannya memerlukan media benda-benda yang kongkrit, misalnya bentuk bangun ruang, gambar, kelereng, biji-bijian, buah-buahan dan lainnya. Dengan demikian maka penggunaan media konkrit memiliki kesesuaian dengan taraf berfikir anak tingkat sekolah dasar (Abdul Azis , 2009).
Tujuan dari penggunaan suatu media membuat guru menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menguasai pesan tersebut secara cepat dan akurat. Dalam proses pembelajaran  yang dilakukan guru penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme. Adapun manfaat dari  media benda konkrit adalah (Sidiq, Munawaroh, Sungkono, 2008: I-21): a) Media sebagai alat komunikasi untuk mengefektifkan proses pembelajaran, b) Sebagai penunjang pencapaian tujuan, c) Mengurangi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran, d) Sebagai salah satu jembatan yang dapat mengubah pemikiran dari yang kongkrit ke yang abstrak dan sebaliknya.

Menurut Sadiman, (1986) pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan, 13% diperoleh melalui indera pendengar dan 6% diperoleh melalui indera pencium dan lidah serta 6% diperoleh melalui indera sentuhan dan rabaan. Oleh karena indera penglihatan dan pendengar mendapatkan konstribusi paling besar dalam memperoleh ilmu pengetahuan maka penggunaan kedua indera tersebut perlu dioptimalkan agar mencapai hasil yang memuaskan. Oleh sebab itu dengan menggunakan media diharapkan siswa dapat menerima dengan jelas, sehingga tidak ada masalah yang verbalisme.

C. Demonstrasi Alat Peraga
Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya  proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. 

Pelaksanaan demonstrasi mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut (Abumanyu, 2009):
1. Kegiatan Persiapan 
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
b. Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah   dirumuskan. 
c. Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan   dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan. 
d. Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan. 

2. Kegiatan Pelaksanaan 
a. Kegiatan Pembukaan
Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan  dalam pembukaan pelajaran: 
1) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat  memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru. 
2) Menanyakan pelajaran sebelumnya.
3) Memberikan motivasi siswa yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. 
4) Mengemukakan tujuan yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti. 
b. Kegiatan Inti Pembelajaran 
1) Mulai melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh guru. 
2) Memusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-baiknya. 
3) Menciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan. 
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. 

c. Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran 
Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya adalah: 
1) Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi. 
2) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. 
3) Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. 
4) Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan. 

D. Pembelajaran Keterampilan Tata Busana
Pembelajaran tata busana merupakan salah satu pembelajaran dalam kelompok keterampilan. Pendidikan keterampilan merupakan program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu yang diperlukan siswa sebagai bekal hidupnya dimasyarakat, sehingga bila siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mereka telah memiliki bekal keterampilan yang dapat digunakan untuk berusaha dalam memenuhikebutuhan hidupnya. Dengan bekal keterampilan yang diperolehnya tersebut,siswa diharapkan dapat hidup secara lebih mandiri tanpa harus tergantung kepadaorang lain. Hal ini diperkuat dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 dalam petunjuk penerapan muatan lokal (MULOK) kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah yang menerangkan bahwa bidang pembinaan keterampilan akan selalu diusahakan untuk memberikan rangsangan dan motivasi kepada para siswa, agar dapat menumbuhkankeinginan/minat untuk lebih memperdalam keahlianya jenis keterampilan tertentusehingga dapat memberikan bekal kecakapan. Keterampilan yang dapat bergunauntuk hari depan para siswa sendiri, serta untuk disumbangkan kepada masyarakatdi lingkunganya.

Upaya peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan memasukkan mata pelajaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Mata pelajaran keterampilan memiliki fungsi untuk mengembangkan kreativitas, mengembangkan sikap produktif, mandiri dan mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan atau pekerjaan dan hasil karya (Hartanti, 2007: 12). 

Menurut (Hartanti, 2007: 9), tujuan mata pelajaran keterampilan tata busana adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:.a) Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilanmembuat berbagai produk Tata Busana yang berguna bagikehidupan manusia; b) Memiliki rasa estetika, apresiasi terhadap produk Tata Busanadari berbagai wilayah Nusantara maupun dunia; c) Mampu mengidentifikasi potensi daerah setempat yang dapatdikembangkan melalui kegiatan pembelajaran Tata Busana; d) Memiliki sikap profesional dan kewirausahaan.

E. Penelitian yang Relevan
Yusnita (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan media alat peraga untuk bidang studi keterampilan terhadap prestasi belajar siswa di tingkat sekolah menengah pertama di Kodya Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari penggunaan media alat peraga terhadap prestasi belajar keterampilan siswa, dengan signifikansi 5%. Signifikansi 5% ini diartikan bahwa peluang terjadinya kesalahan pengukuran dalam penelitian maksimal adalah 5%. Koefisien determinansi yang diperoleh adalah 68%, yang berarti bahwa penggunaan media alat peraga berpengaruh sampai pada 68% atas prestasi siswa, sedangkan 32% lainnya adalah akibat faktor lain. download lengkap ptk smp kelas ix
Kusumaningrum (2008) melakukan penelitian tentang strategi penggunaaan media alat peraga untuk bidang studi keterampilan tata busana. Penelitian ini merpakan merupakan penelitian eksperimen kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih mudah menerima materi pembelajaran yang mana konsep dijelaskan dengan media pembelajaran yang menampilkan gambar atau kenampakan visual sebelum diberikan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Pembelajaran keterampilan tata boga lebih efektif dilakukan dengan media audio visual yang singkat akan tetapi jelas dan diulang-ulang. 

F. Kerangka Pikir Penelitian
Penggunaan media alat peraga dapat dianggap sebagai jembatan untuk mengkomunikasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak menjadi konkrit. Dengan alat peraga, siswa dengan indera penglihatannya akan melihat suatu kenampakan tiruan seperti aslinya. 
Setelah indera penglihatan bekerja maksimal dalam pembelajaran, maka konsep visual tersebut menjadi lebih mudah dilukiskan dalam angan-angan siswa, dan siswa dengan sendirinya akan merubah konsep-konsep viasual tersebut menjadi penjelasan-penjelasan yang bersifat abstrak. 
Disisi lain, melalui penggunaan media alat peraga, siswa dapat menemukan berbagai permasalahan untuk ditanyakan kepada guru atau rekan lainnya, dan penyelesaian masalahpun dapat dilakukan secara cepat dengan media alat peraga tersebut. 

Pengkomunikasian yang lebih mudah tentang konsep tata busana dan penyelesaian masalah yang lebih cepat dan baik, diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas belajar siswa, sehingga penguasaan materi belajar siswa diharapkan akan menjadi lebih baik.

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan atas rumusan masalah dan konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dibuat hipotesis tindakan yaitu ”Penggunaan media alat peraga dapat meningkatkan penguasaan materi tata busana pada siswa kelas IX C SMP Negeri 3... Kabupaten ...”.

CONTOH PTK KENAIKAN PANGKAT GURU SMP

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan dengan melaksanakan tindakan tertentu dalam pembelajaran untuk mendapatkan proses pembelajaran yang terbaik dan paling sesuai dengan kondisi guru dan siswa didalam kelas.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3... Kabupaten ..., Kecamatan Musuk, Kabupaten Sukoharjo. Sementara itu, waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun pembelajaran 20../20... 

C. Subjek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas VI SMP Negeri 3... Kabupaten ... sedangkan, sebagai obyek penelitian adalah tindakan penggunaan media alat peraga benda tiruan untuk meningkatkan penguasaan materi tata busana.

D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode  yang menggambarkan data-data dengan uraian-uraian dan penjelasan tentang suatu permasalahan. Dalam penelitian kualitatif, studi kasusnya mengarah pada pendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya. (Sutopo, 2002:111). Dalam penelitian ini, pendiskripsian secara kualitatif dilakukan untuk menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran tata busana dengan menggunakan media konkrit, serta untuk menggambarkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. download lengkap ptk smp kelas ix

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sebagai data dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan pembelajaran penggunaan media alat peraga yang dilaksanakan untuk meningkatkan penguasaan materi Tata busana pada siswa kelas IX C SMP Negeri 3... Kabupaten ... tahun pelajaran 20../20... Adapun pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Tes Prestasi Belajar
Tes pengukuran prestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes evaluasi yang diseenggarakan dalam setiap akhir siklus.
2. Observasi 
Observasi dilakukan oleh guru terkait dengan aktivitas guru-siswa serta terkait dengan kesulitan dan kemudahan proses pembelajaran.

F. Keabsahan data
Untuk menguji memperoleh data peneitian yang benar-benar mendekati kondisi riil di lapangan, peneiti  menggunakan teknik triangulasi. Tirangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Bungin, 2002: 67). Teknik yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. Teknik triangulasi daam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengumpulan data yaitu dengan lembar pengamatan dan lembar evaluasi, serta digunakannya bermacam-macam sumber data primer dan sekunder.

G. Prosedur  Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur siklus, yaitu menggunakan dua siklus berikut:
Rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah dengan prosedur siklus yang dilakukan dengan dua tahapan atau siklus, yang setiap siklusnya dilakukan melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, yaitu: 
1. Perencanaan tindakan (planning) 
Perencanaan tindakan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, mulai dari perangkat pembelajaran, bahan ajar, menyusun lembar observasi guru, menyusun format catatan kejadian, menyusun format kegiatan refleksi, serta menyusun alat-alat evaluasi.  model pembelajaran tata busana Perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan tindakan dilakukan dengan membuat daftar langkah-langkah penenaman kemandirian yang dilaksanakan sekaligus dalam proses pembelajaran tata busana,  perencanaan poin-poin observasi, dan perencanaan lainnya yang berkaitan tindakan penelitian.

2. Pelaksanaan tindakan (action)
Pelaksanan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan penelitian yang telah ditetapkan dalam setiap siklus, yaitu melaksanakan pembelajaran pendidikan tata busana, melaksanaakan observasi untuk pengukuran hasil belajar (assessment), dan melakukan perbaikan-perbaikan penggunaan media alat peraga. Tahap tindakan (action) dilakukan untuk menemukan langkah-langkah penggunaan media alat peraga  yang paling baik dan sesuai dengan kondisi siswa dan guru, untuk menemukan kendala-kendala yang muncul, dan tindakan solusi yang diperlukan.
3. Pengamatan tindakan (observasi) 
Merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian. Observasi dilakukan terkait dengan respon siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, cara guru dalam menyajikan pembelajaran, tingkat keaktivan siswa, kendala-kendala yang dialami guru dan siswa, dan dampak-dampak yang ditimbulkan selama pelaksanaan pembelajaran, dan kemampuan siswa dalam membuat solusi permasalahan-permasalahan yang disampaikan guru terkait dengan materi pembelajaran.

4. Refleksi tindakan Refleksi 
Merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari observasi. Dalam refleksi ini dilakukan analisis berdasarkan data observasi guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian, serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil penelitian. Refleksi dilakukan terkait dengan langkah-langkah pelaksanaan penanaman kemandirian siswa, aspek-aspek yang perlu dipertahankan dan dikurangi atau dihilangkan dalam proses pembelajaran  sehingga respon siswa menjadi lebih baik dan kendala-kendala yang dihadapi siswa dan guru dapat terpecahkan.
Hasil refleksi siklus I akan menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan pada siklus berikutnya, sedangkan hasil refleksi dalam siklus II sebagai siklus terakhir menjadi bahan untuk penarikan kesimpulan. 

H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan menyesuaikan dengan pendekatan kualitatif, dimana data yang dihimpun disusun secara sistematis kemudian diinterprestasikan dan dianalisis sehingga dapat menjelaskan pengertian dan pemahaman tentang gejala yang diteliti. contoh ptk tata busana smp Pada penelitian ini, terdapat empat komponen pokok dalam teknik analisis datanya, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah dimana merekam data-data yang sesuai untuk tujuan penelitian.
2. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokuskan, penyederhanaan dan abstraktsi data kasar yang ada dalam suatu catatan khusus  (field note). Dengan melakukan reduksi, data dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan serta penggolongan satu pola.

3. Sajian Data
Adalah rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset yang dilakukan sehingga peneliti akan mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. download lengkap ptk smp kelas ix
4. Penarikan Kesimpulan
Dari awal pengumpulan data peneliti perlu mengerti apa arti hal-hal yang ditelitinya dengan cara pencatatan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan. 

DOWNLOAD PROPOSAL PTK SMP WORD

DAFTAR PUSTAKA


Zulkiyah Ahmad. 2009.  Problematika Pembelajaran Keterampilan Tata Busana. www.azizgr.blogspot.com 

Arief S .Sadiman. 1986. Media Pendidikan,  Jakarta: Rajawali

Ari Asnaldi. 2008. Teori-Teori Belajar Proses Perubahan. www.multiply.com
Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.

Heru Subiyantoro. 2008. Hasil Belajar dan Pengukurannya. Jakarta: Rineka Cipta
Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. 2001. Media pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.

Ingridwati Kurnia. 2007. Perkembangan belajar Peserta DidKi. Jakarta: Dirjen Dikti Departeman Pendidikan Nasional.

I Wayan Santyasa. 2007. Media Pembelajaran. Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan. Pada tanggal 10 Januari 2007 . Bandung: Universitas Ganesha

Moedjiono. 1981. Media pendidikan III: Cara pembukaan media pendidikan. Jakarta: P3G. Depdikbud.

Oemar Hamalik. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka martina

Slametto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya DOWNLOAD PTK TATA BUSANA KELAS IX SMP