Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

CONTOH PTK IPA SD PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL)

CONTOH PTK IPA SD PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL)-Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan baik dari diri siswa atau dari luar siswa. Beberapa masalah yang berhubungan dengan upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi IPA antara lain: siswa, guru, suasana kelas dan penerapan strategi pembelajaran. Selain itu masih banyak lagi masalah yang dapat dikemukakan dan yang herhubungan dengan upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran IPA pada materi peredaran darah pada manusia.. 
Masalah utama dalam pembelajaran IPA ialah mencari metode atau model pembelajaran yang dapat menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa, sehingga siswa mampu mengimplementasikan hakekat nilai dalam kehidupan sehari-hari. Mata Pelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar (SD) kelas V merupakan merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu Ilmu yang mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta.Objek IPA meliputi mempelajari karakter, gejala dan peristiwa yang terjadi atau terkandung dalam benda - benda mati atau benda yang tidak melakukan pengembangan diri. ptk sd kelas 5 pdf

Sumber data dikumpulkan dari siswa, guru dan dokumen yang terlibat dalam penelitian. Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:, hasil observasi terhadap pelaksana proses pembelajaran, hasil wawancara dan hasil belajar. pada pra penelitian, siklus pertama, siklus kedua, dan siklus ketiga Analisis data dilakukan melalui teknik analisis deskriptif  kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pembelajaran kontektual CTL (contextual teaching and learning) dengan metode percobaan dapat meningkatkan Interaksi pembelajaran siswa dalam pembelajaran materi IPA hal ini dapat dilihat dari prestasi siswa, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan semakin meningkat diimbangi dengan meningkatnya rata-rata kelas.  

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas IPA SD yang diberi judul "UPAYA MENINGKATKAN   PRESTASI   BELAJAR   IPA   DENGAN MENGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) PADA POKOK BAHASAN PEREDARAN DARAH BAGI SISWA KELAS V SEMESTER I IPA SD". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK IPA SD KELAS V lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK  058 SD).

DOWNLOAD PTK IPA SD DENGAN MATERI PEREDARAN DARAH

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam diri siswa yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat salah satu hakekat dari pendidikan. Pembelajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sesuai yang diinginkan. Pengembangan kurikulum terus diupayakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang baik sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. 
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guru seringkali menggunakan beberapa metode yang bervariasi. Pemilihan berbagai metode pembelajaran yang banyak jenisnya tentu harus dipertimbangkan sebelum digunakan Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Download ptk ipa sd kelas 5 Dalam penggunaan metode yang bervariasi kekurangan suatu metode dapat ditutup dengan metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. 

Pendekatan kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dicoba untuk memperbarui system pembelajaran, variasi dalam pembelajaran adalah penting dalam pembelajaran. Pendekatan ini lebih menekankan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam satu perencanaan kegiatan mengajar. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama secara sportif satu sama lain dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada anggota dalam satu kelompok. (Lie, 2008: 24).
Salah satu teknik dalam pembelajaran kooperatif adalah dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning-CTL). Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih ditekakan pentingnya lingkungan alamiah yang diciptakan dalam setiap kegiatan pembelajaran, agar kelas lebih ‘hidup’ dan lebih ‘bermakna’. Pembelajaran CTL tidak hanya menuntun siswa mengukuti pembelajaran dengan konteks lingkungannya, namun juga menuntun siswa mengeksplorasi makna ‘konteks’ itu sendiri dimana tujuannya untuk menyadarkan siswa bahwa mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mempengaruhi dan membentuk susunan konteks yang beragam mulai dari keluarga, ruang kelas, kelompok, tempat kerja, komunitas dalam suatu tatanan skosistem.Pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa untuk menguatkan, memperluas, menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam situasi dan masalah yang memang ada dalam keseharian siswa. 
Beberapa alasan CTL dapat berhasil dalam pembelajaran karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, pendekatan CTL mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, sesuai dengan cara kerja alam, sehingga penerapan CTL diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih efektif dan efesien. 

Mata Pelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar (SD) kelas V merupakan merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu Ilmu yang mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta.Objek IPA meliputi mempelajari karakter, gejala dan peristiwa yang terjadi atau terkandung dalam benda - benda mati atau benda yang tidak melakukan pengembangan diri. 
Masalah utama dalam pembelajaran IPA ialah mencari metode atau model pembelajaran yang dapat menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa, sehingga siswa mampu mengimplementasikan hakekat nilai dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang diambil pada pembelajaran IPA kelas V pada semester I yaitu peredaran darah. 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Mengunakan Pendekatan Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) pada Pokok Bahasan Peredaran Darah bagi Siswa Kelas V Semester I IPA Sekolah Dasar Negeri 1 ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran ..../....”.

B. Identifikasi Masalah
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan baik dari diri siswa atau dari luar siswa. Beberapa masalah yang berhubungan dengan upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi IPA antara lain: siswa, guru, suasana kelas dan penerapan strategi pembelajaran. Selain itu masih banyak lagi masalah yang dapat dikemukakan dan yang herhubungan dengan upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran IPA pada materi peredaran darah pada manusia. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang " Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Mengunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning) pada Pokok Bahasan Peredaran Darah bagi Siswa Kelas V Semester I IPA Sekolah Dasar Negeri 1 ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran ..../....".
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan judul di atas sangat luas, sehingga tidak mungkin semua permasalahan itu dapat terselesaikan. Oleh karena itu perlu pembatasan dan pemfokusan masalah sehingga yang diteliti lebih jelas dan kesalah-pahaman dapat dihindari. Dalam penelitian ini penulis membatasi pokok-pokok terpenting dari penelitian tindakan kelas ini.
1. Penggunaan strategi Contextual Teaching and  Learning sebagai strategi dalam penggunaan media pembelajaran. Adapun yang menjadi bagian dari pembelajaran adalah : 
a. Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 ... Kabupaten ... 
b. Kelas V semester 1
c. Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Peredaran Darah
2. Prestasi belajar IPA sebagai indicator pengukuran pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: "Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada pokok peredaran darah bagi siswa kelas V IPA SD Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran ..../....?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Untuk memperbaiki tingkat pemahaman siswa pada pelajaran IPA
b. Untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalarn proses kegiatan pembelajaran IPA
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada pokok bahasan gelombang berjalan 

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Dari hasil penelitian diharapkan mendapatkan teori baru tentang peningkatan prestasi belajar IPA siswa melalui metode contextual teaching and learning.
b. Sebagai dasar untuk kegiatan selanjutnya yang sejenis. 
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, dapat memberikan nilai tambah dalam memahami pelajaran IPA pada materi gelombang berjalan
b. Bagi guru, sebagai bahan evaluasi terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. 
c. Bagi sekolah, memberikan input yang bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam melaksanakan program kegiatan belajar bagi siswa di masa mendatang.

PTK IPA KELAS 5 SD DENGAN METODE PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) 

BAB II
LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar 
Menurut Djamarah (2000: 48), bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam mempelajari mata pelajaran khususnya bahasa Indonesia. Selanjutnya menurut Sudjana (2000: 41), prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, berdasarkan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi menjai tiga ranah yakni:
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertidak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni gerak refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan, ketepatan gerakan keterampilan, dan gerakan ekspresif dan interaktif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melaksanakan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima oleh siswa. 
Menurut Usman (1993: 26), bahwa prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Faktor Internal terdiri dari:
a. Faktor jasmani, sebagai contoh panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
b. Faktor psikologis terdiri atas:
1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.
2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi dan emosi.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Sedangkan faktor eksternal yang disebutkan oleh Usman (1993) yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri atas : a) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok, b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar, d) Faktor spiritual atau keagamaan.

2. Contextual Teaching and  Learning (Pembelajaran Kontekstual)
Contextual teaching and learning atau pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Untuk itu sebelumnya dijelaskan pengertian dari pembelajaran kooperatif (cooperativ learning).
a. Definisi Cooperatif Learning. 
Menurut Lie (2008: 28) “falsafah yang mendasari penerapan pembelajaran cooperatif learning dalam pendidikan adalah manusia sebagai makhluk sosial, sehingga kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup”. Perbedaan pembelajaran cooperatif learning dengan pembelajaran kelompok adalah bahwa dalam pembelajaran cooperatif learning terdapat 5 unsur yang harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, kesempatan bertatap muka dan berdiskusi, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Lebih lanjut Lie (2004) menyatakan “Pembelajaran cooperatif learning adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan siswa lebih aktif daripada guru”. Sistem pembelajaran ini mengajak siswa untuk aktif didalamnya, kreatif dan belajar menerima keragaman. Jadi siswa dituntut kekompakannya untuk bekerjasama satu dengan yang lainnya dan saling bertanggung jawab. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individual secara utuh. Melainkan perolehan itu akan berhasil bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. 

b. Definisi Contextual Teaching and Learning
Menurut Agus (2005:29), pembelajaran dengan Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) adalah peran guru dalam proses pembelajaran diharapkan dapat membantu siswanya membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelum dengan pengetahuan yang baru dan menjadikan siswa mapu menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi siswa.

Selanjutnya menurut Nurhadi (2003: 63) dinyatakan bahwa pendekatatan CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia guru keseharian siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat.
Berkaitan dengan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL adalah system yang holistic (menyeluruh) yang dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam membangun makna yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran CTL maka siswa dapat menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterapilan akademik dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar masalah-masalah yang diasimilasikan.

Pendekatan CTL menurut Umedi (2002: 42), merupakan konsep belajar yang membantu guru mangaitkan materi diajarkannya dengan situasi yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai pembelajaran efektif. Yakni, kontruksivisme (Contructivisme), bertanya (Quistioning), Menemukan (Inquiri), Masyarakat Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Refleksion), dan Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessement)”.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, Pendekatan CTL adalah system yang holistic (menyeluruh) yang dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam membangun makna yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran CTL maka siswa dapat menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterapilan akademik dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar masalah-masalah yang diasimilasikan. Dan pembelajaran CTL ini terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah sehari-hari  yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagi makhluk hidup dalam suatu ekosistem (Nurhadi, 2003: 73).

Menurut Johnson (2006: 15), CTL adalah sebuah system belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bia mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
c. Faktor-faktor yang Mendukung Pembelajaran Kontekstial.

Menurut Sanjaya (2005: 37), ada tiga hal yang perlu dipahami dalam penerapan Pendekatan CTL, yaitu Pertama, Pendekatan CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menentukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman langsung. Proses belajar dalam konteks. Pendekatan CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, Pendekatan CTL mendorong agar siswa dapat menemukan  hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan dengan pengalaman belajkar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga,  Pendekatan CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya Pendekatan CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya Pendekatan CTL bukan hanya mengahap siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya akan tetapi meteri pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan CTL merupakan sebuah system belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bia mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

3. Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Peredaran Darah pada Manusia
Druxes et al (1986: 22)  mengemukakan bahwa pelajaran IPA menguraikan dan menganalisa struktur dan pristiwa-peristiwa alam, teknik, dan dunia sekeliling. Dalam pada itu itu akan ditemukan atauran-aturan atau hukum-hukum dalam alam, yang dapat menerangkan gejala-gejalanya berdasarkan struktur logika  antara sebab dan akibat.  Dalam pada itu eksperimen atau percobaan merupakan alat bantu yang sangat penting. Struktur ilmiah IPA, dalam pada itu, menyusun atau membentuk  pengertian, hubungan antara pengertian, prinsip, dan hukum yang berlaku secara umum. 
Jadi secara keseluruhan, IPA dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum alam dan kejadian-kejadian alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia. (Druxes, et al, 1986: 12). Masalah pelajaran IPA di sekolah-sekolah pendidikan umum oleh Druxes, et al (1986:27) diuraikan secara singkat : 
a. IPA “tidak disukai” yaitu masih banyak dipertanyakan kegunaan hasil IPA bagi manusia
b. IPA itu berat, yaitu adanya pengertian dan model yang hampir tak ada hubungannya dengan dunia yang dapat diindera dan diamati. 
c. Pelajaran IPA tidak “aktual” yaitu pelajaran IPA tidak memuat rencana yang peristiwa-peristiwa IPA yang sedang terjadi. 
d. Pelajaran IPA itu eksperimental yaitu pelajaran IPA oleh guru harus dibarengi dengan percobaan di depan kelas dan dilaboratorium oleh siswa. 
Menurut KTSP, materi pokok peredaran darah pada manusia kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa antara lain : 
1) Memahami alat peredaran darah pada manusia 
2) Mendiskripsikan alat peredaran darah pada manusia. 
3) Mendiskripsikan dan menjelaskan proses alat peredaran darah pada manusia. 

4. Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto (2006: 40), menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Ada 3 kata pembentuk pengertian PTK yaitu: 1) Penelitian, menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan, menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian kegiatan siklus untuk siswa. 3) Kelas, dalam hal mi tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa.
Menurut Suhardjono (2006: 68), tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.  Tujuan selanjutnya yaitu untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya tujuan dan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa.

Dalam PTK, peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama guru lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas, sehingga pendidik dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Melalui PTK seorang guru dapat mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses atau produk belajar yang efektif, optimal, dan fungsional (Supardi, 2006: 44).
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Menurut Suhardjono (2006: 76) keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut: Siklus pertama yang terdiri dan empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dan tindakan yang dilaksanakan dan siklus pertama tersebut guru dapat menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan path siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk meyakinkan hasil. Akan tetapi, umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dan tindakan terdahulu yang tentu saja ditunjukkan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas dapat dilakukan dengan siklus ketiga yang cara dan tahapannya sarna dengan siklus sebelumnya. 

B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran bahwa dengan penelitian penerapan strategi contextual teaching and learning akan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA pokok bahasan gelombang berjalan. Metode contextual teaching and leraning diharapkan dapat menuntun minat dan motivasi siswa untuk mengenal dan memahami materi, sehingga pemahaman siswa akan lebih meningkat. Strategi contextual teaching learning ini merupakan bentuk upaya penengkatan keaktifan siswa supaya aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran di dalam kelas. 
Dalam proses pembelajaran IPA diperlukan adanya interaksi antara guru dan siswa agar terjadi timbal balik dalam kegiatan pembelajaran di kelas tersebut, sehingga siswa juga ikut berperan aktif. Dengan keaktifan siswa tersebut tentu tingkat keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih meningkat. Karena siswa akan lebih aktif dalam memperhatikan penjelasan duri guru. Keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA akan meningkat apabila dilakukan tindakan dengan strategi contextual teaching learning, dengan demikian hasil pembelajaran akan menjadi lebih baik dan lebih sempurna dari yang sebelumnya.
Dari kerangka pemikiran diatas, secara skema kerangka pemikiran sebagai berikut.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Diduga penggunaan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada pokok bahasan peredaran darah pada manusia bagi siswa kelas V IPA SD Negeri 1 ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran ..../....”. 

CONTOH LAPORAN PROPOSAL PTK IPA SD TERBARU

BAB III
METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Negeri 1 ... Tahun Pelajaran ..../..... Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama tiga bulan, yaitu sejak bulan April sampai dengan bulan Juni ....
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa Kelas V IPA Sekolah Dasar Negeri 1 ... tahun pelajaran ..../.....  Sampel yang diambil adalah satu kelas yaitu Kelas V dengan jumlah siswa 40 siswa, yang terdiri dari 17 siswa putra dan 23 siswa putri.
C. Sumber Data
Menurut Moleong (2007:157) "Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain". Dalam penelitian ini sumber datanya adalah guru mata pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 ..., guru sebagai pemberi tindakan dan siswa sebagai penerima tindakan.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data 
1. Teknik Pengumpul Data
a. Observasi. Menurut Arikuto (2001:30) "Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencacatan secara sistematis". Dalam hal ini, peneliti langsung mengadakan pengamatan atau observasi mengenai tindakan yang dilakukan, serta mencatat hasil-hasilnya secara sistematis.
b. Wawancara. Menurut Arikunto (2001:30) " Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawabaan dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak". Dalam penelitian ini perieliti mengajukan beberapa pertanyaan pada guru dan siswa dengan tanya jawab secara langsung.

2. Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini, alat pengumpula data yang digunakan adalah dokumentasi. Arikunto (2000:234) metode dokumentasi yaitu "Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya". Pada penelitian ini dokumentasinya menggunakan data peningkatan keaktifan siswa yaitu daftar nama-nama siswa yang keaktifannya meningkat.
E. Validitas Data
Moleong (2007:321) mengemukakan bahwa:
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi `positivisme' dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.
Menurut Moleong (2007:322-323), istilah yang digunakan oleh versi positivisme ini mengenai validitas antara lain yaitu:
Pertama, validitas internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variabel bebas dapat dikontrol. Kedua, validitas eksternal, menurut Cook dan Campbell (1967:37) ialah perkiraan validitas yang diinferensikan berdasarkan hubungan sebab akibat yang diduga terjadi, dapat digeneralisasikan pada dan di antara ukuran alternatif sebab akibat dan di antara jenis orang, latar, dan waktu. Ketiga, reliabilitas menunjuk pada ketaatasasan pengukuran dan ukuran yang digunakan.

F. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Menurut Moleong (2007:248) analisis data kualitatif adalah:
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Selanjutnya Moleong (2007:248) menjelaskan tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1) Membaca/rnempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3) Menuliskan 'model' yang ditemukan. 
4) Koding yang telah dilakukan.
G. Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2008:16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 2
Prosedur Penelitian
Keterangan:
Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan  Kelas (PTK) yang tediri dari dua siklus, yaitu sebagai berikut:
1. Siklus I, yang terdiri dari:
Tahap I: Perencanaan 
Peneliti melakukan perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa Kelas V pada saat pelajaran IPA, karena a) keaktifan siswa di dalam pembelajaran masih kurang, b) keberanian siswa dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan belum ada, c) kemampuan menguasai materi yang belum optimal, d) hasil belajar siswa masih rendah.  Penelitian itu dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2009 di Sekolah Dasar Negeri 1 .... Tindakan awal yang dilakukan adalah perencanaan penggunaan strategi cooperatif learning.
Tahap II: Pelaksanaan 
Pada penelitian ini guru akan memberikan pelajaran dengan strategi cooperatif learning. Guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk memimpin diskusi membahas materi yang sudah dipelajari dan dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.

Tahap III: Pengamatan 
Dalam tahap ini peneliti hanya mengamati tindakan yang telah direncanakan pada tahap awal dan tidak melakukan tindakan tersebut, yang melakukan tindakan adalah guru mata pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .... Tindakan tersebut adalah strategi cooperatif learning untuk meningkatkan keaktifan siswa pada saat pelajaran IPA. Pada pengamatan tersebut ternyata masih banyak siswa yang belum aktif dalam kelompoknya dan pada saat diskusi tidak bisa menjawab pertanyaan dari siswa lain.  
Tahap IV: Refleksi (Reflecting)
Hasil evaluasi jika tindakan yang dilakukan oleh guru dirasa belum berhasil, dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa yang masih rendah dan dalam diskusi siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain secara baik dan benar sesuai yang diharapkan.

2.   Siklus II, dilakukan untuk menguatkan tindakan pada siklus I yang terdiri dari:
Tahap I: Perencanaan (Planning)
Peneliti melakukan perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa Kelas V pada saat pelajaran IPA, karena keaktifan siswa dirasa kurang saat guru menyampaikan materi IPA di kelas. Tindakan awal yang dilakukan adalah pemberian observasi terhadap keaktifan siswa pada saat guru menyampaikan materi. Pada siklus ke-2 ini akan diberikan strategi cooperatif learning khusus kepada para siswa yang kurang aktif pada siklus 1. Diharapkan dengan tindakan tersebut siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga pemahaman rnateri akan semakill bertambah dan prestasi juga akan lebih meningkat.

Tahap II: Palaksanaan (Acting)
Pada siklus ke-2 penelitian ini guru akan memberikan strategi cooperatif learning khusus kepada siswa yang kurang aktif pada siklus 1, sedangkan siswa yang pada siklus 1 sudah aktif dipisahkan. Diharapkan antara siswa yang kurang aktif akan mengambil peranan yang lebih besar dalam proses belajar. 
Tahap III: Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap siswa yang kurang aktif pada siklus 1. Diharapkan dengan memisahkan siswa yang kurang aktif dan siswa yang aktif, maka siswa akan lebih aktif dalam pelajaran. 
Tahap IV: Refleksi (reflecting)
Disini guru mata pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 ... mengatakan kepada peneliti tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik atau belum, dan sudah berhasil atau belum tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Ternyata disini tindakan yang dilakukan oleh guru dirasa cukup berhasil. Dapat dilihat dari observasi yang menunjukkan tingkat keaktifan siswa yang meningkat. 

CONTOH LENGKAP PTK IPA SD KELAS 5 WORD

DAFTAR PUSTAKA


Arifin, Zainal. 1998. Evaluasi Instruksional Prinsip dan Prosedur. Bandung : CV Karya
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. University Press 
Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center (MLC)
Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Martinis Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Melvin K. Silberman. 2004. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktiv. Bandung: Nusamedia

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo 
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Slavin, Robert. 1994. Cooperatif Learning. (Terjemahan Agus Susanto). Boston University
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Umaedi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya CONTOH PTK IPA SD PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL)

download ptk sd kelas 6 lengkap word, download ptk ipa sd kelas 5 lengkap word, ptk ipa sd kelas 6 pdf, download ptk sd kelas 4 lengkap word kurikulum 2013, ptk ipa sd kelas 4 pdf, proposal ptk ipa sd pdf, download ptk sd ipa, ptk sd kelas 5 ipa, contoh ptk pembelajaran daring, download ptk sd masa pandemi, proposal ptk ipa sd pdf.