Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

DOWNLOAD PTK SMP TATA BUSANA KELAS IX

DOWNLOAD PTK SMP TATA BUSANA KELAS IX-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Langkah-langkah pemberian motivasi belajar pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana; (2) Besarnya peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam rangka melakukan perubahan pada diri siswa menuju arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba tindakan pemberian motivasi psikologis kepada siswa sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas IX B SMP Negeri 3 ...  tahun 2009/2010 semester genap. Analisis data dilakukan secara kualitatif. ptk keterampilan tata busana

Hasil penelitian adalah: (1) Pelaksanaan pemberian motivasi psikologis dalam pembelajaran tata busana dilakukan dengan (a) Memberikan harapan terbaik; (b) mempelajari kebutuhan dan mendukung tercapainya kebutuhan anak; (c) Mengkondisikan bahwa kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal, akan tetapi justru menjadi petunjuk bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang tak boleh terulang.; (d) Menopang keinginan anak; (e) Menggunakan keteladanan; (f) Menggunakan keteladanan; (g) Memberikan pujian, meskipun terhadap keberhasilan yang sangat kecil; (h) Memadukan motivasi positif dan negative; (i) Membangun hasrat bersaing; (j) Menciptakan kerjasama; (2) Pemberian motivasi psikologis mampu meningkatkan prestasi tata busana siswa kelas IX B menjadi melenihi target yang ditetapkan guru, baik dari segi nilai rata-rata kelas siswa maupun dari segi ketuntasan belajar siswa.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas TATA BUSANA SMP yang diberi judul "PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TATA BUSANA  SMP ". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK TATA BUSANA SMP KELAS IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK  SMP 079).


CONTOH LENGKAP PTK TATA BUSANA SMP WORD

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang Masalah
Sekolah sebagai satuan pendidikan merupakan ujung tombak bagi pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia. Sekolah memiliki arti penting untuk membentuk atau mencetak kader-kader penerus yang berwawasan keilmuan serta memiliki pengalaman maupun keterampilan sehingga mereka mampu mengambil peranan nyata dalam pembangunan bangsa Indonesia, serta dalam turut meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di dunia internasional. Dengan demikian, maka pengembangan kualitas dunia pendidikan di sekolah merupakan syarat utama dan pertama dalam rangka pengembangan daya saing bangsa Indonesia. 

Guru yang profesional merupakan unsur yang utama dalam membangun kualitas pendidikan anak  karena guru merupakan sumberdaya manusia yang berperan dalam mengatur strategi penyelenggaraan proses pembelajaran untuk mengubah perilaku siswa menuju yang lebih baik melalui tranformasi pengetahuan, pengalaman, maupun dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah yang terjadi dalam pendidikan. Pemahaman mengenai peran guru dalam mengajar bukan hanya sekedar melaksanakan kegiatan mentransformasi pengetahuan saja,  tetapi juga dalam  proses membimbing kegiatan belajar anak. Mulyasa (2006: 35) mengemukakan peran-peran guru dalam dunia pendidikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik, guru dianggap menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. 
2. Guru sebagai pengajar. Guru memiliki tugas dalam suatu proses pembelajaran. Peran guru sebagai pengajar ini merupakan peran yang sangat umum dan dipahami oleh masyarakat, dimana guru memberikan pembelajaran materi-materi pada siswa yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahui siswa. Dalam hal ini, guru merupakan media pentransfer pengetahuan. Download PTK tata busana smp word
3. Guru sebagai pembimbing. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas perjalanan tersebut. Perjalanan siswa dalam pendidikan bukanlah perjalanan dalam arti fisik, akan tetapi perjalanan dalam arti aspek mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks

4. Guru sebagai pelatih. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan adanya pelatihan ketrampilan, baik untelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk betrtindak sebagai pelatih. 
5. Guru sebagai penasehat. Guru adalah penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua siswa, meskipun guru tidak melakukan pelatihan khusus untuk berperan sebagai penasehat professional. 
6. Guru sebagai pembaharu (innovator). Guru menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bernakna bagi peserta didik. 
7. Guru sebagai model dan teladan.  Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik maupun bagi semua orang yang mengganggap dirinya sebagai guru. Sikap, tindakan, dan kepribadian guru merupakan suatu indikator yang sangat diperhatikan oleh peserta didik. Guru merupakan suatu acuan bagi perilaku siswa.

8. Guru sebagai pribadi. Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,  guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang pendidik
9. Guru sebagai peneliti. Pembelajaran merupakan suatu seni yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan penelitian-penelitian pendidikan yang melibatkan guru. Keaktivan guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.
10. Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus memiliki kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian, maka guru memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan memunculkan kreativitas siswa.

11. Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa belajar untuk mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru merupakan salah satu aktor utama yang memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok yang lebih memahami hal tersebut.
12. Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat diperlukan.
Penjelasan-penjelasan tersebut mengindikasikan besarnya peran guru dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik merupakan salah satu kunci bagi prestasi belajar siswa. Guru memiliki peranan dalam membimbing dan mendorong siswa menuju kreativitas belajar, sehingga guru dituntut untuk mampu mengembangkan berbagai langkah-langkah taktis dalam rangka mendorong siswa menunju prestasi belajar yang tinggi. Salah satu cara yang dapat dikembangkan guru dalam rangka mendorong siswa menunju proses pembelajaran yang penuh antusias untuk mencapai prestasi yang tinggi adalah dengan mengembangkan cara-cara pemberian motivasi psikologis pada siswa.

Di SMP Negeri 3 ... , khususnya pada siswa kelas IX B Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran tata busana sangat banyak dijumpai. Berdasarkan polling yang dilakukan, terdapat 46,7 siswa yang memiliki keinginan belajar yang rendah dalam pembelajaran tata busana. Rendahnya keinginan belajar tersebut menjadi faktor pengganggu terhadap keberhasilan proses pembelajaran keterampilan tata busana di kelas. Rendahnya minat belajar tersebut menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa yang dapat berdampak pada turunnya prestasi belajar siswa, sehingga hal ini perlu ditangani oleh guru dengan baik. Prestasi belajar tata busana siswa kelas IX B juga belum bagus, dimana nilai rata-rata kelas belum mencapai 7,5 dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% siswa yang tuntas belajar. 
Berdasarkan atas hal-hal yang telah diuraikan, maka  dianggap perlu  untuk dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Pemberian Motivasi Psikologis untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Busana Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 3 ...  Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah
Bersadarkan atas latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai berikut:
1. Di SMP Negeri 3 ...  Tahun Pelajaran 2009/2010, dijumpai fenomena rendahnya keinginan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran tata busana di sekolah.
2. Prestasi belajar tata busana siswa kelas IX B belum bagus, dimana nilai rata-rata kelas belum mencapai 7,5 dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% siswa yang tuntas belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah langkah-langkah pemberian motivasi psikologis pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana?
2. Seberapa besarkah peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi psikologis?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Langkah-langkah pemberian motivasi belajar pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana.
2. Besarnya peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi belajar.

E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini meliputi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi kependidikan, yang  secara khusus menyoroti upaya pemberian motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan maupun referensi bagi penelitian psikologi kependidikan sejenis.

2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi memberikan dorongan bagi guru dalam mempelajari ilmu-ilmu yang mengarah pada fungsi guru yang lebih kompleks dari sekedar mengajar, dan diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi arti penting peranan guru  dalam dunia pendidikan.  
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para pengambil keputusan di bidang pendidikan guna mengembangkan suatu system pendidikan yang tidak mengesampingkan arti penting peran guru tergadap perkembangan siswa.

PTK TATA BUSANA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KELAS IX SMP

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori Tentang Pemberian Motivasi oleh Guru
1. Motivasi
Pengertian motivasi sebagaimana dikemukakan oleh Makmun (2005: 37) yang mengemukakan sebagai berikut:
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau power atau tenaga (forces) atau daya atau suatu keadaan yang kompleks (complex states) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak. Motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan datang dari dalam diri individu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik) (Makmun, 2005: 37). 

Dalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan sesuatu disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Morgan (1986 dalam Martina Rini dan Tasmin, 2003: 2) menjelaskan beberapa teori motivasi: 
a. Teori insentif 
Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini disebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut. Insentif biasanya hal-hal yang menarik dan menyenangkan atau memberikan kepuasan untuk memenuhi kebutuhan seseorang, sehingga seseorang tertarik mendapatkannya, misalnya uang. 
b. Pandangan hedonistik 
Dalam pandangan hedonistik, seseorang didorong untuk berperilaku tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan. Contohnya: anak mau belajar karena ia tidak ingin ditinggal ibunya ke pasar/supermarket. 

Dari uraian tersebut, dapat diasumsikan seseorang yang malas belajar tidak merasa adanya insentif yang menarik bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan menyenangkan dari belajar. 
Banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan kepada siswa pelajaran-pelajaran dengan metode active learning atau learning by doing, atau learning through playing, salah satu tujuannya adalah agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan. Akan  tetapi, seringkali untuk siswa hal ini agak sulit dipraktekkan. Untuk keadaan ini, hal minimal yang dapat dilakukan adalah mensetting suasana belajar. Jika setiap kali pembicaraan mengenai belajar berakhir dengan omelan-omelan, ia akan mengasosiasikan suasana belajar sebagai hal yang tidak memberi perasaan menyenangkan, dengan demikian akan dihindari. 
Suasana belajar yang menyenangkan adalah salah satu bentuk pemberian motivasi belajar pada peserta didik melalui lingkungan. Selain tidak sering-sering memarahi anak ketika belajar, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan agar suasana belajar lebih menyenangkan dan anak mau belajar. 

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, terdapat beberapa cara pengukuran dan usaha peningkatan motivasi. Meskipun motivasi tersebut merupakan kekuatan, namun tidaklah suatu substansi yang dapat kita amati. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasikan beberapa indikatornya dalam term tertentu antara lain:
a. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)
b. Frekwensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)
c. Konsistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan. 
d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (seperti dengan uang, tenaga, pikiran) untuk mencapai tujuan.
f. Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif).

2. Guru
Didalam pendidikan, guru adalah orang  yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didiknya (Zuhairini, 1983:29). Pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motifator dan fasilitator didalam proses belajar mengajar, sehingga seorang guru dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip-prinsip keguruan (Muhaimin, 1993:167), yaitu: (a) Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar, (b) Membangkitkan gairah anak didiknya, (c) Menumbuhkan bakat dan sikap anak didiknya, (d) Mengatur proses belajar mengajar yang baik, (e) Memperhatikan perubahan-perubahan yang mempengaruhi proses belajar mengajar, (f) Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.
Dilihat dari aspek peranannya, guru memiliki berbagai peranan penting sebagai berikut:
a. Peran Guru Sebagai Pendidik
Peran guru didalam dunia pendidikan adalah sebagai pendidik dan pengajar yang mempunyai tugas-tugas, yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan, menanamkan keimanan pada jiwa anak, mendidik anak agar berbudi pekerti mulia (Zuhairi, 1987: 16). 

b. Peran Guru Sebagai Penyuluh
Guru juga berfungsi sebagai pembimbing dan penyuluh, diantaranya adalah:
1) Guru wajib menemukan pembawaan pada anak didik dengancara observasi, wawancara, pergaulan dan angket.
2) Guru berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menanamkan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3) Guru memperlihatkan pada anak didik menjadi orang yang dapat mempergunakan keahlian dan ketrampilan dengan tepat dimasa yang akan datang. 
4) Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.

c. Peran Guru Sebagai Model Teladan
Sikap siswa yang baik dapat dipengaruhi oleh peran guru sebagai model dan teladan yang baik bagi peserta didik. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan beberapa hal yang menjadi sorotan peserta didik, yaitu:
1) Sikap dasar, yang dimaksud sikap dasar adalah postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama pekerjaan, permainan dan diri. 
2) Bicara dan gaya bicara, penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
3) Kebiasaan bekerja, gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya
4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinya mengelak dari kesalahan.

5) Pakaian, merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
6) Hubungan kemanusiaan, diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
7) Proses berpikir, cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
8) Perilaku neurotis, suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.

d. Peran Guru Sebagai Pembimbing
Guru membimbing proses belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas yang mencakup seluruh kehidupan yang tidak hanya menyangkut proses belajar fisik tetapi juga proses belajar mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Oleh karena itu guru sebagai pembimbing memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal, yaitu:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai, yaitu dengan menetapkan apa yang dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan.
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar, yaitu harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. 
4) Guru harus melaksanakan penilaian, diharapkan guru dapat menilai kegiatan pembelajaran yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran (Zuhairi, 1987: 20).

e. Peran Guru Sebagai Penasehat
Guru berperan sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua siswa, meskipun guru tidak melakukan pelatihan khusus untuk berperan sebagai penasehat professional. Mulyasa, (2005:46) menjelaskan bahwa nasehat-nasehat yang diberikan guru terhadap peserta didik dapat digunakan untuk menyikapi suatu peristiwa-peristiwa yang dialami, sehingga peserta didik dapat menilai sendiri baik buruknya suatu peristiwa terhadap dirinya sendiri.

3. Motivasi oleh Guru
Bobbi De Porter yang merupakan ahli pendidikan mengemukakan konsep-konsep yang cukup baru dalam teknik memberikan motivasi belajar peserta didik . Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengunakan prinsip “segalanya berbicara” yaitu ruang kelas yang mendukung mampu memberikan isyarat, seperti dengan gambar-gambar yang sesuai atau poster afirmasi “Kelas VII A Genius”. Peserta didik juga aktif berbicara mengenai konsepnya, aktif berpendapat, presentasi, dan lainnya.
b. Berprinsip Ketakjuban belajar dilakukan dengan suasana tidak tegang, dan penuh rangsangan-rangsangan yang mampu membawa peserta didik  pada rasa takjub terhadap ilmu.
c. Secara perlahan terus melibatkan peserta didik  dalam berfikir tentang konsep. Peserta didik  diberi pertanyaan-pertanyaan umpan yang menarik pada tahap awal, dan pada akhirnya peserta didik  penasaran untuk mengetahui materi yang menraik tersebut. 

d. Menggunakan pendekatan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?): guru menunjukkan manfaat apa yang akan diperoleh peserta didik  dengan mempelajari suatu materi. Gambaran mengenai manfaat tersebut dibuat dalam contoh riil seiring dengan dunia peserta didik  (misalnya dengan contoh-contoh yang menarik bagi anak remaja, dst). Peserta didik  mengetahui manfaat yang menantang dengan mengetahui materi.  Seperti manfaat belajar Geometri adalah kemampuannya menaksir dengan cepat jumlah air yang dibutuhkan pada kolam renang. Hal ini mampu mengundang rasa penasaran peserta didik  terhadap Geometri.

B. Kajian Teori Tentang Motivasi Dikaitkan dengan Prestasi Belajar
Motivasi pada prinsipnya memuat tentang keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan, dan insentif (Siagian, 1995: 142). Oleh karena itu, bagaimanapun definisi yang diberikan untuk motivasi akan selalu memuat tiga komponen utama yaitu:
1. Kebutuhan. Kebutuhan merupakan hal utama dalam motivasi. Kebutuhan timbul apabila terdapat kekurangan dalam diri seseorang Siagian (1995: 143). Penjelasan lain adalah kebutuhan muncul akibat ketidakseimbangan akan apa yang dimiliki terhadap apa yang menurut persepsi seseorang seharusnya dimilikinya, baik dalam arti fisiologis maupun piskologis. Sebagai conoh adalah seseorang yang merasa kesepian membutuhkan teman, sebagai akibat ketidakseimbangan antara kondisi psikologis nyata yang ada terhadap apa yang seharusnya dirasakan oleh seseorang.
2. Dorongan. Dorongan muncul akibat hasrat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dorongan merupakan hal yang mengarahkan pada terbentuknya tindakan sadar seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Siagian (1995: 143) menjelaskan bahwa dorongan inilah yang menjadi inti dari motivasi.

3. Tujuan. Siagian (1995: 143) menjelaskan bahwa tujuan merupakan segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Dengan kata lain, mencapai tujuan berarti akan mengakibatkan mengembalikan keseimbangan keseimbangan antara apa yang dirasakan sebenarnya dengan apa yang diharapkan seseorang, sehingga pencapaiannya akan mengakibatkan hilangnya atau melemahnya dorongan. 
Motivasi belajar dilakukan dalam rangka memberikan dorongan dalam diri siswa untuk menyenangi dan melakukan kegiatan belajar sebagaimana diharapkan pendidik agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Memperhatikan pada tiga komponen utama dalam motivasi, maka dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, 

C. Kajian Teori Tentang Pembelajaran Keterampilan Tata Busana
Pembelajaran tata busana merupakan salah satu pembelajaran dalam kelompok keterampilan. Pendidikan keterampilan merupakan program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu yang diperlukan siswa sebagai bekal hidupnya dimasyarakat, sehingga bila siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mereka telah memiliki bekal keterampilan yang dapat digunakan untuk berusaha dalam memenuhikebutuhan hidupnya. Dengan bekal keterampilan yang diperolehnya tersebut,siswa diharapkan dapat hidup secara lebih mandiri tanpa harus tergantung kepadaorang lain. Hal ini diperkuat dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 dalam petunjuk penerapan muatan lokal (MULOK) kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah yang menerangkan bahwa bidang pembinaan keterampilan akan selalu diusahakan untuk memberikanrangsangan dan motivasi kepada para siswa, agar dapat menumbuhkankeinginan/minat untuk lebih memperdalam keahlianya jenis keterampilan tertentusehingga dapat memberikan bekal kecakapan. Keterampilan yang dapat bergunauntuk hari depan para siswa sendiri, serta untuk disumbangkan kepada masyarakatdi lingkunganya.

Upaya peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan memasukkan mata pelajaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Mata pelajaran keterampilan memiliki fungsi untuk mengembangkan kreativitas, mengembangkan sikap produktif, mandiri dan mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan atau pekerjaan dan hasil karya (Hartanti, 2007: 12). 
Salah satu pendidikan keterampilan yang termasuk dalam kurikulum muatan lokal di tingkat SMP adalah pelajaran Keterampilan Tata Busana. Pada mata pelajaran ini siswa mendapat berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang busana. Bahan kajian dalam mata pelajaran ini meliputiketerampilan dasar menjahit, keterampilan dalam membuat kerajinan tangandengan berbagai teknik dll. Tujuan dari diterapkanya pelajaran Tata Busana iniadalah untuk memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan dibidang busana dan keterampilan lainnya kepada peserta didik. Dengan memilikiketerampilan tersebut, diharapkan mereka dapat hidup mandiri dan kelak mereka lulus dan tidak dapat melanjutkan pendidikanya mereka dapat membuka lapangankerja baik untuk dirinya maupun orang lain (Yuianti, 2006).

D. Penelitian yang Relevan
Sukainah (2001) melakukan penelitian tentang strategi efektif dalam pembelajaran keterampilan di sekolah tingkat SMP di Yogyakarta. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualititaf yang dilaksanakan pada 3 SMP di Yogyakarta. Download PTK tata busana smp word Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu langkah utama dalam menciptakan proses pembelajaran keterampilan yang efektif adalah dengan memberikan motivasi belajar secara terus-menerus pada siswa, sehingga siswa selalu terdorong untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya dalam belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggilah yang mampu mencapai prestasi 10 besar di kelas.

Yossan (2006) melakukan penelitian tentang langkah-langkah pemberian motivasi belajar pada siswa berprestasi rendah di SMP Negeri 1 .... Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mendeskripsikan langkah-langkah guru dalam mengembagkan proses pembelajaran dengan memperhatikan pemberian motivasi belajar yang baik oleh guru kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah pemberian motivasi guru dilakukan dengan memberikan motivasi psikologis yang dilakukan dengan cara 1) Menunjukkan manfaat apa yang akan diperoleh siswa dalam proses pembelajaran; 2) Menyampaikan dengan jelas tujuan pembelajaran dikaitkan dengan keinginan-keinginan siswa dalam proses pembelajaran; 3) Memberikan penghargaan-penghargaan kreatif pada siswa sehingga kebutuhan siswa untuk memperoleh penghargaan dapat terpenuhi dengan baik; 4) Memberikan tantangan-tantangan pada siswa guna merangsang keinginan siswa untuk menunjukkan kemampuannya pada siswa lain dalam menyelesaikan tantangan yang diberikan guru; 5) Menumbuhkan hasrat bersaing yang tinggi, dimana kemenangan dalam persaingan akan diberikan penghargaan tertentu; 6) Menanmkan pengertian bahwa kegagalan saat ini bukan berarti kegagalan untuk besok, sehingga siswa terhindar dari rasa putus asa dalam belajar; 7) Mendaftar tujuan siswa dimasa depan secara rinci; 8) Menunjukkan contoh-contoh riil tentang orang lain yang mampu mencapai hal-hal seperti yang diinginkan siswa melalui belajar; 9) Membimbing langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan dimasa datang dikaitkan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan saat itu. 

E. Kerangka Pikir Penelitian
Upaya pendidikan untuk untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan menekan factor-faktor negative dan membangkitkan factor-faktor positif yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satu factor tersebut adalah motivasi belajar, dimana motivasi belajar yang tinggi berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, sedangkan motivasi belajar yang rendah berperan menghambat kegiatan belajar siswa yang akhirnya menciptakan  prestasi belajar siswa yang rendah.
Guru sebagai pendidik dapat memberikan motivasi untuk membangkitkan dorongan kepada anak untuk belajar dengan lebih baik, mengikuti preses pembelajaran dengan antusias yang tinggi, serta membangkitkan keingintahuan siswa terhadap materi pembelajaran. 

Upaya pemberian motivasi dapat dilakukan secara murah dengan motivasi psikologis, sedangkan untuk motivasi materiil dapat ditinggalkan karena banyak memakan biaya. Dengan demikian, maka motivasi psikologis diyakini cukup efektif dan efisien untuk dilaksankan di kelas melalui prosedur yang telah ditetapkan para ahli, sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan biaya yang rendah atau bahkan tanpa memerlukan biaya tambahan.

F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan konsep-konsep yang telah diurakan, dibuat hpotesis tindakan yaitu “Pemberian motivasi psikologis dapat menngkatkan prestasi belajar tata busana pada siswa kelas IX B.”

CONTOH LAPORAN PROPOSAL PTK SMP KELAS IX LENGKAP

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam rangka melakukan perubahan pada diri siswa menuju arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba tindakan pemberian motivasi psikologis kepada siswa sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Latar (setting) Penelitian
Tempat penelitian adalah di SMP Negeri 3 ... . Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.

C. Subyek dan Informan Penelitian
Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 3 ... ,  sebanyak 30 anak . Adapun  sebagai  informan  adalah pihak-pihak yang mampu memberikan informasi kepada peneliti, yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa SMP Negeri 3 ... 

D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Observasi langsung dengan keterlibatan peneliti. Peneliti secara langsung terlibat dalam proses pemberian motivasi oleh guru dan mengumpulkan data-data dari hasil pengamatan peneliti.
2. Wawancara (interview) kepada guru, kepala sekolah, dan siswa. Contoh PTK tata busana doc Untuk wawancara yang dilakukan kepada guru dan kepala sekolah, pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan dalam bentuk dasar yang memberikan peluang kepada responden untuk memberikan jawaban secara meluas dan mengembang (wawancara mendalam), sedangkan untuk anak pertanyaan dibuat secara rinci dan dalam bahasa yang mudah dipahami anak. 
3. Test
Test dilakukan untuk mengukur pretsasi belajar siswa, sehingga peningkatan prestasi belajar sebelum dan setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diketahui dengan jelas.

E. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif disebut sebagai kontignesi yaitu merupakan tingkat keakuratan atau kebenaran data yang diperoleh terhadap kondisi riil dalam penelitian (Nasir, 1988: 174). Kontignensi yang tinggi mencerminkan ketepatan data yang tinggi untuk keperluan penelitian. Untuk keperluan kontignensi data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal ini tersebut akan dicapai dengan cara: (a). Membandingkan data hasil pengamatan peneliti dengan data hasil wawancara, (b) Membandingkan apa yang dikatakan guru di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) Membandingkan tindakan guru dengan yang dirasakan oleh siswa.

F. Prosedur Tindakan Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur siklus yang menggunakan dua siklus sebagai berikut:
1. Pelaksanaan siklus I
Pelaksanaan suklus pertama dilakukan dengan kegiatan-kegiatan:
a) Perencanaan. Perencanaan dalam siklus pertama ini dilakukan dengan:menyusun daftar langkah-langkah tindakan motivasi yang disusun berdasarkan permasalahan motivasi belajar siswa dan konsep yang dikemukakan para ahli.
b) Pelaksanaan tindakan (action) . 
Pelaksanaan merupakan implementasi atas perencanaan, yang dilaksanakan didalam kelas. Pelaksanaan tindakan dilakukan melalui kegiatan proses pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan rencana proses pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan perencanaan tindakan penelitian.
c) Pengamatan tindakan (observasi)
Kegiatan ini merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian, termasuk faktor-faktor yang menguntungkan dan merugikan jalannya upaya pemberian motivasi.  Pada dasarnya tindakan observasi ini tidak dilakukan dalam waktu yang terpisah dengan tindakan pelaksanaan (action) akan tetapi dilakukan secara bersamaan dan terintegrasi. Hasil observasi disamping untuk bahan refleksi juga menjadi data dalam penelitian.

d) Refleksi tindakan. 
Refleksi merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari observasi. Dalam refleksi ini dilakukan penelitian berdasarkan data observasi guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian, serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil penelitian. Hasil refleksi ini juga digunakan sebagai data penelitian.
2. Pelaksanaan Siklus II
a) Perencanaan. 
Perencanaan dalam siklus II mengacu pada refleksi dalam siklus I. Hal-hal yang dijadikan reflesi semuanya dimasukkan dalam perencanaan, yaitu mengenai penekanan langkah-langkah yang paling efektif, serta mengganti langkah-langkah yang kurang efektif.
b) Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan siklus II dilakukan sesuai dengan perencanaan pada siklus II yang merupakan hasil refleksi dari siklus I, yaitu melaksanakan pemberian motivasi dengan cara-cara yang paling efektif dan mengembangkan langkah-langkah tersebut sesuai dengan kondisi psikologis siswa untuk meningkatkan dampak dari tindakan yang dilakukan guru.

c) Observasi
Seperti halnya dalam siklus I, kegiatan ini bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang ada disaat pelaksanaan dalam siklus II.  Hasil pengamatan dalam observasi siklus II ini juga digunakan sebagai data penelitian.
d) Refleksi tindakan. 
Dalam refleksi di siklus II ini, dilakukan penelitian berdasarkan data observasi guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian, serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil penelitian. Hasil refleksi ini juga digunakan sebagai data penelitian.

Pada siklus ke dua ini dilakukan sebagai pengulangan siklus pertama dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang berupa penambahan atau pengurangan hal yang yang dianggap perlu, seperti yang ditentukan dalam  refleksi  siklus I. Prosedur pelaksanaannya sama dengan siklus I, yaitu mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi dan kendala dalam siklus II ini akan digunakan untuk penarikan kesimpulan. Adapun rangkaian dari pelaksanaan prosedur siklus ini ditampilkan dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Prosedur Tindakan Tindakan

G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan menyesuaikan dengan pendekatan kualitatif, dimana data yang dihimpun disusun secara sistematis kemudian diinterprestasikan dan dianalisis sehingga dapat menjelaskan pengertian dan pemahaman tentang gejala yang diteliti. Download PTK tata busana smp word Pada penelitian ini, terdapat empat komponen pokok dalam teknik analisis datanya, yaitu reduksi Data (proses seleksi, pemfokuskan, penyederhanaan dan abstraktsi data kasar yang ada dalam suatu catatan khusus ), sajian data (rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset yang dilakukan), dan penarikan kesimpulan.

DOWNLOAD  PTK TATA BUSANA DENGAN PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
DePorter, Bobby. 1999. Quantum Teaching. Jakarta: Kaifa
Greegory, Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York, McGraw Hill.
Handerson, Van. 2002. Human Resource Development. Terjemahan Anwar Azhar. Jakarta: Gramedia.
Ismail dan Bambang Triyanto. 2007. Pedoman Menulis Skripsi. Sukoharjo: Univet Bantara Press
Makmun, H.A 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Karini, Kartono. 1986. Psikologi Sosial dan Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali 
Yusuf, Mahmud, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan. Jakarta: Ramadhani 
Muhaimin, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Kajian Filosofis dan 
Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Triganda, 1993
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya. 
Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud. 
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Ridwan, Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rini, Martina dan tasmin. 2002. Belajar Lebih Penting Daripada Bermain?  e-psikologi.
Rizky, A.M. 2009. Psikologi Anak dan Remaja. www.psikologi-perkembangan.blogspot.com. Diaskes 12 Januari, 2009
Simanjuntak, B. 1994. Latar Belakang Kenakalan Anak. Jakarta: Rineka Cipta
Sondang P. Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. 
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bomo. 1993. Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Zuhairini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha nasional.
Zuhairi, 1987. Guru dan Peranannya dalam Pendidikan. Jakarta: Ghalia

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya DOWNLOAD PTK SMP TATA BUSANA KELAS IX