Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

DOWNLOAD PTK MATEMATIKA SD OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PECAHAN

DOWNLOAD PTK MATEMATIKA SD OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PECAHAN-Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN ... I pada semester genap tahun pelajaran .../.... Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan prosedur siklus, yaitu menggunakan 2 siklus dalam pelaksanaan penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Keabsahan data diuji dengan cara triangulasi, yaitu triangulasi metode dan triangulasi data. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, test, dokumentasi, dan wawancara. ptk sd kelas 5 lengkap 
Hasil penelitian ini adalah: (1) Pembelajaran CTL cukup efektif dilaksankan dengan memasukkan unsur-unsur CTL yang dikemukakan para ahli, yaitu unsur konstruktivisme, inquiry, questioning, learning community, modeling, authentic assessement, dan reflection; (2) Pelaksanaan CTL untuk operasi hitung penjumlahan bilangan pecahan terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, baik dilihat dari nilai rata-rata siswa maupun ketuntasan belajar siswa, dimana setelah pelaksanaan CTL pada siklus II nilai rata-rata siswa (7,67) lebih tinggi dari target yang ditetapkan guru (7,5), dan ketuntasan belajar siswa mencapai 91,67% yang lebih tinggi dari KKM yang ditetapkan guru yaitu 75% siswa tuntas belajar.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas MATEMATIKA SD yang diberi judul "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN ". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK MATEMATIKA SD KELAS V lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK  057 SD).

CONTOH PTK MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi atau aset yang berharga bagi setiap orang sebagai sumber daya manusia suatu bangsa, dimana investasi akan dapat meningkatkan nilai manusia dengan kualitas pendidikan yang bermutu. Seseorang yang memperoleh pendidikan yang semakin bermutu diharapkan akan mempunyai kualitas yang jauh lebih baik. Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Menurut Hidayat (2008: 14), kesadaran berbagai negara-nagara maju maupun berkembang terhadap arti penting pendidikan ini diindikasikan dengan salah satu langkah konkret yaitu menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar dibandingkan anggaran lainnya. ptk sd kelas 5 pdf China dan Korea Selatan menjadi dua negara yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya, dimana anggaran pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di Korea Selatan memiliki anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Nagara juga RI telah menganggarkan 20% dari APBN untuk kepentingan dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM calon generasi penerus agar bangsa ini mampu berkiprah dalam globalisasi dunia.

Langkah pemerintah Republik Indonesia dalam berbagai upayanya meningkatkan kualitas pendidikan juga dilakukan dalam system politik pendidikan, yaitu pencanangan otonomi pendidikan, dimana setiap satuan pendidikan dituntut untuk mampu menyelenggarakan usrusannya secara mandiri, sehingga sekolah sebagai satuan pendidikan diharapkan mampu mengembangkan berbagai inovasi program-program pendidikan yang berdaya saing tinggi (Rahmawan, 2009: 9). Sekolah melalui manajemen pendidikan yang otonomis diharapkan dapat memberdayakan setiap komponen pendidikan termasuk guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah masing-masing dalam rangka meningkatkan kualitas  output pendidikan di sekolah. Melalui langkah-langkah yang strategis, manajemen sekolah beserta guru dapat mengembangkan berbagai upaya inovatif dalam proses pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi siswa, guru, dan sekolah dalam rangka memperkuat factor-faktor positif yang mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa, serta mengurangi factor-faktor negative yang berperan menurunkan kualitas hasil belajar siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menganut model pembelajaran yang modern adalah strategi Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Johnson (2002: 57), CTL merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah sebuah sistem pembelajaran yang cocok dengan otak untuk menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan shari-hari siswa. Johnson juga menjelaskan bahwa dengan memanfaat kenyataan bahwa lingkungan merangsang sel-sel saraf otak untuk membentuk jalan, sistem ini (CTL) memfokuskan diri pada konteks, pada hubungan-hubungan. Konteks oleh Johnson diberi makna bukan sekedar kejadian-kejadian yang terjadi pada suatu tempat dan waktu, akan tetapi juga terdiri atas asumsi-asumsi bawah sadar yang diserap selama seseorang tumbuh, dari keyakinan yang dipegang kuat, dan dari nilai-nilai yang membentuk pengertian pada diri seseorang.  Jonson menggambarkan bahwa yang diharapkan dari CTL lebih besar dari sekedar pelajaran apa yang harus diterapkan dalam konteks, lebih besar dari sekadar membantu siswa mengidentifikasi obyek, masalah, atau isu yang dipilih, atau juga menempatkan pelajaran dalam situasi yang nyata. Johnson menjelaskan bahwa CTL dikembangkan dengan membangun sebuah jawaban atas pertanyaan “Dalam konteks yang lebih besar seperti apa sebuah pelajaran sebaiknya dimasukkan?”

Siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 ... Kecamatan ... selama ini  memiliki prestasi belajar Matematika yang kurang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas yang cukup rendah yaitu 6,5 dan ketuntasan belajar yang masih rendah yang jauh dari standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan guru. Ketuntasan minimal yang ditetapkan adalah 80% siswa tuntas belajar dengan nilai Matematika minimal  7,  sedang yang tercapai baru 50%.  Hasil identifikasi guru tentang masalah ini adalah siswa menjadikan kebiasaan menghitung sebagai sebuah hafalan, sehingga ketika suatu persoalan memerlukan logika berfikir maka siswa menjadi lemah dalam menemukan jawabannya. Siswa masih kurang mampu mengaitkan antara angka dengan hal-hal nyata dalam kehidupan. Kelemahan ini tampak jika soal yang dikembangkan adalah soal cerita, dimana siswa paling lemah dalam menemukan jawabannya. Kurangnya penguasaan materi Matematika ini salah satunya adalah pada materi penjumlahan pecahan, dimana siswa terlihat banyak melakukan kesalahan dalam proses perhitungan akibat konsep yang kurang matang pada siswa.
Atas dasar uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka diyakini cukup penting untuk mengembangkan penelitian tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN ... I Semester II Tahun Pelajaran .../...”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi adanya permasalahan sebagai berikut:
1. Masih terdapat sekitar 80% guru yang hanya sekedar melaksanakan proses pembelajaran seperti sebelumnya, tanpa adanya inovasi-inovasi baru dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan.
2. Siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri  ... I Kecamatan ... selama ini  memiliki prestasi belajar Matematika yang kurang baik karena proses pembelajaran Matematika masih mengarah pada system hafalan konsep semata, sehingga siswa sulit mengingat materi yang jumlahnya banyak.

C. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini terbatas pada hasl-hasl sebagai berikut:
1. Langkah-langkah proses pembelajaran CTL untuk operasi hitung penjumlahan pecahan dengan pendekatan kontekstual.
2. Peningkatan prestasi belajar yang mampu dicapai siswa. ptk sd kelas 5 doc
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan atas identifikasi masalah yang ditemukan, dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 
1. Apakah hasil belajar siswa kelas V SDN ... I untuk materi operasi hitung penjumlahan pecahan dapat ditingkatkan melalui pendekatan kontekstual?
2. Apakah aktivitas pembelajaran pada operasi hitung penjumlahan pecahan untuk siswa kelas V di SDN ... I dapat ditingkatkan dengan pendekatan kontekstual (CTL)?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN ... I untuk materi operasi hitung penjumlahan pecahan.
2. Peningkatan aktivitas pembelajaran pada operasi hitung penjumlahan pecahan untuk siswa kelas V di SDN ... I.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan khasanah pengetahuan dalam teknologi pembelajaran, khususnya terkait dengan pelaksanaan pendekatan  contextual teaching and learning.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi  bahan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini dikaitkan dengan keberhasilan yang dicapai  dalam proses pembelajaran. 
b. Bagi sekolah, memberikan input yang bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam melaksanakan program pembeljaran bagi siswa di masa mendatang.
c. Bagi siswa
Hasil pembelajaran diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MATEMATIKA SD

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar dan Pengukurannya
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985 dalam Sunarto, 2009: 1) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom (1990 dalam Sunarto, 20019: 1) hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. 
Pengukuran prestasi belajar biasa disebut dengan evaluasi belajar. Evaluasi artinya penilaian terhadap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Istilah lain untuk menyebut evaluasi adalah assessment yang menurut Tardif (1989 dalam Senjaya, 2010: 1) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kata yang sejenis  untuk assessment yakni tes, ujian, dan ulangan.

Masidjo (1995: 38) menjelaskan bahwa seorang guru yang melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek (dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa) harus menyadari hakekat dari kegiatan belajar dan melaksanakan prinsip-prinsip pelaksanaannya secara konsekwen, sehingga diperoleh skor dan nilai yang benar-benar mewakili sifat objek tersebut. Agar dapat diperoleh skor dan nilai yang benar-benar mewakili sifat suatu objek, maka seorang guru harus mempergunakan suatu alat pengukur yang bermutu. Download ptk sd kelas 5 lengkap Untuk dapat menggunakan suatu alat pengukur yang bermutu secara tepat, maka seorang guru perlu memahami dan mengenal berbagai hal seperti teknik test dan non test, ciri-ciri test, perencanaan dan penyusunan test yang dibuat guru. 
a. Teknik Test
Alat pengukur test banyak dipergunakan dalam bidang pengukuran prestasi belajar di sekolah, khususnya dMatematikakai untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran atau instrulsional. Unsur-unsur pentingdalam test mencakup (Masidjo, 1995: 39):
1) Adanya serangkaian pertanyaan atau item yang harus dijawab secara sengaja oleh siswa. Melalui serangkaian pertanyaan ini siswa wajib menjawabnya sesuai kemampuan.

2) Serangkaian pertanyaan harus dijawab dalam suatu situasi yang distandarisasikan. Hal tersebut bermaksud bahwa suatu situasi telah diatur secara sistematis dan objektif oleh guru sehingga berlaku secara seragam bagi semua siswa, misalnya mengenai aturan tata tetarib penyelenggaraannya, waktu pengukuran yang sama, pengawasan pengukuran yang sama, dan sebagainya.
3) Serangkaian pertanyaan itu dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Melalui jawaban atas serangkaian pertanyaan tersebut akan terungkap berbagai tingkah laku yang merupakan kemampuan atau hasil belajar siswa.

b. Teknik Non Test
Pengukuran sifat suatu objek dapat dMatematikakai alat pengukur non Test. Masidjo (1995: 58) menjelaskan bahwa pengukuran test dilakukan apabila sifat suatu objek yang akan diukur lebih berupa perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, apa yang dMatematikahami, atau proses psikis lainnya yang tidak dapat diamati dengan indera-indera yang bersifat abstrak. Sedangkan, perubahan tingkah laku yang lebih berhubungan dengan apa yang dapat dikerjakan, yang dapat diamati dengan indera-indera yang bersifat konkrit dapat diukur dengan alat pengukur non test.  Adapun jenis-jenis alat pengukur non test meliputi:
1) Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung, dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat. Unsur-unsur observasi meliputi pengamatan langsung tanpa instrumen dan pengamatan tidak langsung dengan menggunakan instrumen.
2) Catatan Anekdot (anekdotal record)
Catatan anekdot adalah catatan faktual dan seketika tentang peristiwa, kejadian, gejala atau tingkah laku yang spesifik dan menarik, dan dilakukan siswa secara individual atau kelompok.


3) Daftar Check (check list)
Daftar chek adalah sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan singkat, tertulis tentang berbagai gejala yang dimaksudkan sebagai penolong pencatatan ada tidaknya suatu gejala dengan cara memberi tanda check pada setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
4) Skala nilai (rating scale)
Skala nilai adalah sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan, gejala atau perilaku yang dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang bermakna nilai dari yang terendah sampai yang teringgi. 
5) Angket atau kuisioner
Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. 
6) Wawancara atau interview
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara dan yang diwawancarai, yang dilaksanakan secara tatap muka baik secara langsung maupun tidak langsung dengan meksud memperoleh jawaban dari yang dowawancara.

2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching & Learning yang ditulis oleh Elaine B. Johnson (2002 terjemahan Ibnu Setiawan, 2009: 60) mendedah dasar-dasar filosofi dari ilmu psikologi, ilmu syaraf (neuroscience), dan fisika serta biologi modern yang membuat siswa mampu menyerap pelajaran dengan mudah dan mampu menangkap makna dengan mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Dalam buku yang ditulisnya, Johnson (2002 terjemahan Budi Setiawan, 2009: 67) menjelaskan bahwa CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen yaitu membuat keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatu sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.

Konteks berasal dari kata kerja latin “contexere” yang berarti menjalin bersama. Kata konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya (Webstre New Worl Dictionary, dalam Johnson 2002 terjemahan Ibnu Setiawan, 2009: 82).
Menurut Johnson (2002 terjemahan Budi Setiawan, 2009: 68), CTL dikembangkan dengan membangun tiga prinsip ilmiah, yaitu:
a. Prinsip Saling Bergantungan
Prinsipi kesaling kebergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan pendidik dengan pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip ini meminta para pendidik membangun hubungan dalam semua yang dilakukan. Prinsip itu mendesak bahwa sekolah adalah sebuah sistem kehidupan dan bahwa bagian-bagian dari sistem itu, para siswa, para guru, tukang kebun, tukang sapu, pegawai administrasi, sekretaris, orang tua, dan teman-teman masyarakat berada didalam sebuah jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar. Didalam sebuah lingkungan belajar, dimana orang-orang menyadari keterhubungan mereka, sistem CTL dapat berkembang. 

Prinsip saling bergantungan ada didalam segalanya, sehingga memungkinkan para siswa untuk membuat hubungan yang bermakna. Pemikiran yang kritis dan kreatif menjadi lebih memungkinkan. Kedua proses itu terlibat dalam mengidentifikasi hubungan yang akan menghasilkan pemhaman-pemahaman baru. Lebih jauh lagi, prinsip kesaling bergantungan memungkinkan guru memasangkan tujuan yang jelas pada standar akademik yang tinggi. Prinsip kesalingbergantungan juga mendukung kerjasama. Dengan bekerja sama, para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Contoh ptk sd kelas 5 pdf Bekerjasama akan membantu mereka mengetahui bahwa saling mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan. Pandangan setiap orang yang berbeda dan kemampuan-kemampuan yang unik secara bersama-sama akan tersusun menjadi sesuatu yang lebih besar darMatematikada penjumlahan dari bagian-bagiannya itu sendiri. Kesalingbergantungan juga  meminta perhatian terhadap tugas-tugas penting, tugas-tugas yang menghubungkan para siswa dan sekolahnya dengan masyarakat mereka. Secara singkat, prinsip kesalingbergantungan yang menghubungkan semua hal di alam semesat dengan hal yang lainnya mencakup beragam komponen sistem CTL.
Prinspi saling bergantungan menuntun pada penciptaan hubungan, bukan isolasi. Para pendidik yang bertindak menurut prinsip ini akan mengadopsi praktek CTL dalam menolong para siswa membuat hubungan-hubungan untuk menemukan makna. 

b. Prinsip Diferensiasi
Kata diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, keberlimpahan, dan keunikan. Alam tidak pernah membuat benda yang sama. Ada berarti menjadi berbeda. Semakin seseorang meneliti suatu hal tertentu, semakin seseoarang akan menemukan ciri-ciri yang membedakannya dari yang lain. 
Prinsip diferensiasi menyumbangkan kreativitas indah yang ada di alam semesta. Prinsip diferensiasi mendorong alam semesta menuju keragaman yang tak terbatas dan hal itu menjelaskan kecenderungan entitas-entitas yang berbeda untuk bekerjasama dalam bentuk yang disebut dengan simbiosis. Para pendidik akan melihat pentingnya di sekolah-sekolah dan kelas-kelas untuk meniru sasaran prinsip tersebut menuju kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerjasama. Guru yang mengajar menurut sistem CTL telah meniru ciri-ciri utama dari prinsip diferensiasi. Pengajaran yang dilakukan sesuai dengan cara kerja alam semesta. Komponen pembelajaran dan pengajaran kontekstual yang mencakup pembelajaran praktek aktif dan langsung (hands on) misalnya terus menerus menantang para siswa untuk mencipta. Para siswa berfikir kreatif ketika mereka menggunakan pengetahuan akademik untuk meningkatkan kerjasama dengan anggota kelas mereka, ketika mereka merumuskan langkah-langkah untuk menyelesaikan sebuah tugas sekolah, atau mengumpulkan dan menilai informasi mengenai suatu masalah masyarakat. Seandainya diferensiasi menghilang, maka pikiran dan perasaan orang-orang akan sama. 

c. Prinsip Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa setiap entitas terpisah di alam semesta memiliki sebuah potensi bawaan, suatu kewaspadaan atau kesadaran yang menjadikannya sangat berbeda. Karena prinsip pengaturan diri, segala sesuatunya diatur oleh diri sendiri, dipertahankan oleh diri sendiri, dan disadari oleh diri sendiri. Segala sesuatu di alam semesta memiliki semacam tenaga pengorganisasi diri yang dalam, suatu kenyataan gejala yang membuatnya mampu mempertahankan identitasnya yang berbeda. Identitas yang unik ini tidak bisa difahami hanya dengan memperhatikan struktur luar dari suatu pembentuk.
Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa guna mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan dengan prinsip ini, sasaran utama sistem CTL adalah menolong para siswa mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan karir, dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan pribadinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Mereka menerima tanggungjawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti. 

Depdiknas (dalam akhmadsudrajat.wordpress.com, 2008: 1) menjelaskan bahwa secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Hal yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Dalam menyusun pembelajaran CTL, dapat dilakukan dengan memasukkan prinsip-prinsip pembelajaran CTL. Sebagaimana dikemukakan Depdiknas (dalam e-book Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1, 2007: 16)  dijelaskan bahwa prinsip-prinsip yang tercakup dalam CTL meliputi:
a. Konstruktivisme
Prinsip ini dikembangkan dengan beberapa hal yaitu 1) Membangun pemahaman siswa sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal, 2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
b. Inquiry
Inquiry merupakan kegiatan menemukan. Hal ini dapat dilakukan dengan: 1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, 2) • Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
c. Questioning 
Questioning atau bertanya berkaitan dengan kegiatan guru untuk 1) Mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, 2)  Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
d. Learning Community
Kegiatan ini dilakukan dengan prinsip: 1) Membangun sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar, 2) Membangun kekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri, 3)  Tukar pengalaman, 4) Berbagi ide atau gagasan.

e. Modelling
Modelling atau pemodelan dilakukan dengan 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, 2) Bekerja dan belajar, 3) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
f. Authentic Assessement
Merupakan kegiatan penilaian autentik,  dengan 1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, 2) Penilaian produk (kinerja), 3)  Penilaian tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
g. Reflection
Refleksi (reflection) berkaitan dengan 1) Cara berpikir tentang apa yang telah di pelajari, 2) Mencatat apa yang telah dipelajari, 3)  Membuat jurnal, karya seni, dan diskusi kelompok.

Depsiknas menambahkan bahwa CTL berkaitan dengan karakteristik: 1) Sharing dengan teman, 2)  Siswa kritis, guru kreatif, 3) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, gambar, artikel, dan lainnya, 4) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, 5) Laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lainnya. Download ptk sd kelas 5 doc
Dalam menyusun pembelajaran CTL, prinsip-prinsip tersebut diintegrasikan dengan prinsip pokok dalam CTL serta mengambil bagian dari delapan komponen CTL yang memungkinkan untuk diimpmlementasikan dalam kurikulum.
3. Pembelajaran Matematika Tingkat Sekolah Dasar
Belajar matematika merupakan belajar tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dMatematikahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan/ mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa. Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006: 32). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembanagan kognitif siswa, penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdiknas, 2006: 25). 

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3) pengolahan data (Depdiknas, 2006: 17). Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran. 
B. Penelitian yang Relevan
Harindra Dina Natamia (2009) melakukan penelitian skripsi tentang peningkatan hasil belajar Matematika melalui pendekatan Kontektual pada siswa kelas III SD Negeri 01 ... Kecamatan ... Kabupaten ... tahun pelajaran .../.... Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas III yang ditandai dengan meningkatnya kemapuan menjadi 100% yang sebelumnya hanya 38,92%. Kendala yang muncul adalah guru kurang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga ketuntasan belajar siswa masih kurang. Contoh ptk kelas 5 sd
Fibrianti wulandari (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh CTL dalam pemecahan masalah Matematika terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar Matematika yang signifikan.

C. Kerangka Pikir Penelitian
Strategi pembelajaran kontekstual dibangun dengan asas melihat makna didalam materi di pelajari siswa dengan cara menghubungkan subyek-subyek yang dipelajari  dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari siswa. Strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mengedepankan asas ini akan berdampak pada kemampuan siswa dalam memahami secara mendalam tentang suatu Matematika sampai pada tingkatan makna dari pembelajaran yang dilakukan, dan kemudian mengkaitkannya dengan hal-hal yang nyata sehingga pemhaman yang diperolehnya bersifat implementatif. Hal ini disamping menguntungkan siswa dalam mendalamnya materi yang diperoleh, siswa juga terlatih dalam mengingatnya melalui realitas kehidupan nyata yang dialami serta membangun kemampuan memecahkan masalah berdasarkan kasus-kasus nyata. Dengan demikian, maka pembelajaran ini secara tidak langsung memberi arahan untuk mengkaitkan konsep abstrak Matematika kedalam hal yang riil, dan sebaliknya meningkatkan pemahaman siswa melalui kasus-kasus riil menuju konsep yang abstrak. 

Prinsip salingkebergantungan yang dikembangkan dalam CTL mendukung terbentuknya proses pembelajaran yang saling mendukung antara kehidupan nyata dengan konsep abstrak Matematika dan mendukung terbentuknya lingkungan yang bersifat mensuport proses belajar siswa. Prinsip diferensiasi yang bersifat memperhatikan perbedaan kondisi dan potensi siswa bersifat mendukung proses belajar yang lebih sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa, sehingga hal ini mendukung terjadi pembelajaran yang lebih efisien dan efektif. Sementara itu, prinsip pengaturan diri menguntungkan dalam melatih kemandirian siswa memahami kebutuhannya sendiri dalam belajar dan memecahkan masalah. Dengan ketiga prinsip ini, maka pembelajaran Matematika akan memiliki kemungkinan keberhasilan yang lebih baik.

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Diduga penggunaan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan operasi hitung penjumlahan pecahan pada siswa kelas V  SD Negeri ... I”. 

CONTOH LAPORAN PROPOSAL PTK MATEMATIKA SD

BAB III
METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SDN ... I Tahun Pelajaran .../.... Pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama tiga bulan pada semester genap, yaitu sejak bulan April sampai dengan bulan Juni ....
B. Subjek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa Kelas V SDN ... I tahun pelajaran .../....  Obyek penelitian ini adalah pembelajaran CTL untuk bidang studi Matematika, khususnya materi operasi hitung penjumlahan bilangan pecahan. ptk sd kelas 5 lengkap

C. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan tindakan proses pembelajaran yang paling sesuai dan paling banyak memberikan keuntungan dalam proses pembelajaran di kelas. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang meggambarkan secara tekstual data-data di lapangan secara riil sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.  
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur siklus, yaitu dilakukan dengan dua siklus. Tahapan-tahapan dari masing-masing siklus adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan (planning) 
Perencanaan tindakan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, mulai dari perangkat pembelajaran, bahan ajar, menyusun lembar observasi guru, menyusun format catatan kejadian, menyusun format kegiatan refleksi, serta menyusun alat-alat evaluasi. Pada siklus II, perencanaan dilakukan berdasarkan hasil refleksi dalam siklus I.
2. Pelaksanaan tindakan (action)
Merupakan implementasi dari rancangan penelitian yang telah ditetapkan dalam setiap siklus, yaitu melaksanakan proses pembelajaran CTL untuk bidang studi Matematika.
3. Pengamatan tindakan (observasi) 
Merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian. 

4. Refleksi tindakan Refleksi 
Merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari observasi. Dalam refleksi ini dilakukan penelitian berdasarkan data observasi guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian, serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil penelitian. Hasil refleksi siklus pertama akan dijadikan dasar dalam membuat perencanaan siklus II, sedangkan hasil refleksi siklus II akan dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan tindakan kelas. Adapun skema dan prosedur siklus adalah seperti pada gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 3.1
Prosedur Penelitian

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data 
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
a. Observasi. Menurut Arikuto (2001:30), observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencacatan secara sistematis. Dalam hal ini, peneliti dan tim observasi secara langsung mengadakan pengamatan atau observasi mengenai tindakan yang dilakukan, serta mencatat hasil-hasilnya secara sistematis.
b. Test
Test dilaksanakan untuk mengukur hasil penelitian yang berupa prestasi belajar siswa yang menjadi subyek penelitian. Test dilakukan dengan mengembangkan soal-soal yang terkait dengan materi pembelajaran yang dikembangkan.
c. Wawancara. Menurut Arikunto (2001:30) wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawabaan dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dalam penelitian ini perieliti mengajukan beberapa pertanyaan pada guru dan siswa dengan tanya jawab secara langsung.

Alat pengumpula data yang digunakan adalah lembar observasi, perangkat test untuk siswa, dan dokumen-dokumen yang dapat digunakan untuk penelitian seperti catatan guru, catatan observatory, profil sekolah, dan lainnya. 
F. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan kemampuan data dalam menggambarkan kondisi yang sesuai dengan maksud penelitian secara benar. Keabsahan data atau konsistensi dalam penelitian kualitatif  tersebut akan dicapai dengan cara melakukan triangulasi, dimana peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data (wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi) dari berbagai sumber, berbagai waktu dan tempat yang berbeda. Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode, sebagai berikut:
1. Triangulasi Data
Triangulasi data (sumber) adalah triangulasi yang dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda-beda. Contoh ptk sd kelas 5 pdf Triangulasi data dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam tim observasi, wawancara dengan informan yang berbeda-beda, serta penggunaan dokumen yang berbeda-beda.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode adalah upaya mengecek tingkat kesahihan data penelitian dengan cara membandingkan data-data sejenis yang dikumpulkan dengan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda.
Dalam hal ini peneliti berusaha membandingkan data tertentu yang diperoleh dari berbagai teknik pengambilan data yaitu data hasil test, data dari catatan-catatan observasimaupun dari sumber dokumen-dokumen yang relevan.

G. Teknik Analisis Data 
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif, artinya data yang dihimpun disusun secara sistematis kemudian diinterprestasikan, dianalisa sehingga dapat menjelaskan pengertian dan pemahaman tentang gejala yang diteliti. Pada penelitian ini, analisis penelitian dilakukan dengan teknik yang digunakan oleh Miles dan Huberman (1992: 16), dimana terdapat tiga komponen pokok dalam analisa data, yaitu : 
1. Reduksi Data.
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokuskan, penyederhanaan dan abstraktsi data kasar yang ada dalam suatu catatan khusus  (field note). Dengan reduksi, data dapat disederhanakan ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan penggolongan satu pola. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah proses reduksi ini melalui kegiatan pembuatan kode, menelusur informasi yang sesuai tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Kegiatan reduksi ini masih terus-menerus berlangsung sampai setelah tahap kegiatan lapangan, bahkan sampai pada tahap penyusunan laporan penelitian. Reduksi juga merupakan bagian yang terintegratif dalam analisis yaitu dengan memilih data yang dikode, membuang data yang kurang signifikan, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Sajian Data 
Adalah rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset yang dilakukan, sehingga peneliti akan mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Penyajian data dapat berupa teks naratif, bentuk matriks, jaringan, maupun bagan. Sajian data dilakukan dengan menggabungkan berbagai data atau informasi dalam suatu bentuk yang padu dan mudah dMatematikahami. Download ptk sd kelas 5 lengkap
3. Penarikan Kesimpulan /verifikasi
Dari awal pengumpulan data peneliti perlu mengerti apa arti hal-hal yang ditelitinya dengan cara pencatatan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan. 
Adapun rangakaian dari teknik analisis data dalam penelitian ini adalah seperti pada diagram berikut: 

Gambar 3.2. Proses Analisis Data (Miles dan Huberman, 1992: 20).

CONTOH PTK MATEMATIKA SD KELAS 5 OPERASI HITUNG 

DAFTAR PUSTAKA


Arifin, Zainal. 1998. Evaluasi Instruksional Prinsip dan Prosedur. Bandung : CV Karya
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. University Press 
Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center (MLC)
Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Martinis Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Melvin K. Silberman. 2004. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktiv. Bandung: Nusamedia
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo 
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Slavin, Robert. 1994. Cooperatif Learning. (Terjemahan Agus Susanto). Boston University
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Umaedi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya DOWNLOAD PTK MATEMATIKA SD OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PECAHAN