Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

CONTOH PTK PAI KELAS V SD TERBARU WORD

CONTOH PTK PAI KELAS V SD TERBARU WORD-Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Mayoritas metode pembelajaran agama Islam selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya peserta didik kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi peserta didik untuk belajar materi PAI. Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru cenderung monoton dan membosankan. Sehingga menurunkan motivasi belajar siswa. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Dengan penggunaan model pembelajaran ini diharapkan materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN ... Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research ) dengan jenis kolaboratif. Download ptk pai sd pdf Tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, yaitu berupa suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik¬teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) dokumentasi dan (3) tes hasil belajar. Data yang diperoleh dari tindakan kemudian dianalisis. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. 
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik kelas V SDN ... pada bidang studi PAI. Indikator peningkatan motivasi belajar peserta didik terlihat dari bertambahnya semangat dan antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, mereka selalu menampakkan rasa gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran dan besarnya rasa ingin tahu mereka yang diaplikasikan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apabila ada materi yang kurang dipahami oleh mereka. Dari data di lapangan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik yang semula rata-rata pra siklus sebesar 58.6% meningkat menjadi 73.96% atau meningkat sekitar 26.21% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat menjadi 90.2% atau meningkat sekitar 53.9%. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, maka prestasi belajar mereka juga meningkat, yang semula nilai rata-rata pre test/pra siklus 68,40 meningkat menjadi 74.5 atau sekitar 8.9% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 81.98 atau sekitar 21,95%,

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas PAI SD yang diberi judul PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS V SDN . Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PAI SD KELAS V lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0856-47-106-928 dengan Format PESAN PTK  039 SD).

DOWNLOAD LENGKAP PTK PAI KURTILAS KELAS V SD

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi, selain memiliki ciri-ciri fisik yang khas ia juga dilengkapi dengan kemampuan intelegensia dan daya nalar yang tinggi sehingga menjadikan ia mampu berpikir, berbuat dan bertindak kearah perkembangannya. Sebagai manusia yang utuh kemampuan itulah yang tidak dimiliki oleh makluk lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui proses, yaitu proses alami menuju kedewasaan, baik yang sifatnya kedewasaan fisik jasmani maupun kedewasaan psikis rohani. Oleh karena itu untuk menuju kearah perkembangan manusia yang optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, manusia memerlukan pendidikan sebagai proses dan usaha sadar untuk memanusiakan manusia.

Dalam proses pendidikan manusia membutuhkan dua aspek yang saling mengisi yaitu aspek hominisasi dan aspek humanisasi. Contoh ptk pendidikan agama islam sd doc Proses hominisasi adalah melihat manusia sebagai makluk hidup yang berdasarkan pada ekologinya yaitu manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan biologis seperti makan, beranak pinak, memerlukan pemukiman dan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Sedangkan proses humanisasi melihat manusia pada hakekatnya sebagai mahluk yang bermoral, artinya manusia bukan hanya sekedar hidup tetapi hidup untuk mewujudkan suatu eksistensi, yaitu bahwa manusia hidup bersama-sama dengan sesama manusia sebagai ciptaan yang maha kuasa. Di dalam proses ini tingkah laku manusia diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertikal di dalam kenyataan hidup bersama dengan sesama manusia. Aspek yang kedua inilah yang sering terlupakan, padahal jika disadari bersama bahwa aspek ini adalah bekal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan bersama menuju cita-cita bersama yaitu kehidupan yang lebih baik, lebih tentram dan berkeadilan.

Untuk memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi peserta didik agar prestasi belajarnya semakin meningkat.

Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas berupa pemberian tindakan melalui pembelajaran baru yang mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif yang dipilih adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual, pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pembelajaran, belajar bukan sekedar menghafal tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Untuk itu peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Peserta didik Kelas V SDN ... Kec. ... Kab. ... Tahun Pelajaran 2016/2017 ”.

B. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas pengertian dan menghindari kesalahpahaman pembahasan PTK ini, penulis perlu mempertegas istilah-istilah yang dianggap perlu sebagai berikut :
1. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pro sedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.

2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Sedangkan belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk perbaikan prilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada peserta didik dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari peserta didik adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.
3. Pendidikan Agama Islam
Achmadi mendefinisikan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam juga merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

Dari pengertian di atas terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kepribadian Muslim. kepribadian Muslim adalah pribadi yang ajaran Islam nya menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan Demikian Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah skenario penerapan pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PAI pada peserta didik kelas V SDN ...?
2. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar PAI pada peserta didik kelas V SDN ...?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan skenario pembelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas V SDN ... pada mata pelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik dapat memberikan sikap positif dan meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam. Download ptk pai sd kelas 5 lengkap
b. Bagi peneliti dapat menambah pengalaman praktis di bidang penelitian dan pengalaman secara langsung penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI. 

2. Manfaat teoritis
a. Bagi guru PAI sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode dan teknik untuk meningkatan prestasi belajar peserta didik serta sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi terhadap mata pelajaran PAI.
b. Bagi pemerhati pendidikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. 
3. Manfaat kebijakan
Bagi sekolah sebagai panduan inovatif tentang penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya.

CONTOH PTK KENAIKAN PANGKAT UNTUK GURU PAI SD

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DAN PRESTASI BELAJAR


A. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan kepermasalahan lainnya.
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pro sedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.

2. Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah mengkonstruksi pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru) maupun dialektika berfikir thesa-antithesa-sinthesa. Proses kontruksi pengetahuan melibatkan pengembangan logika deduktif-induktif-hipotesis-verifikasi. Belajar konteks ini berangkat dari kenyataan bahwa pengetahuan itu terstruktur. Pengetahuan merupakan jalinan secara integratif dan fungsional dari konsep-konsep pendukungnya. Pemahaman arti dan makna struktur merupakan tesis penting dari pembelajaran berbasis kontruktivisme.
b. Menemukan (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasisi kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta¬fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Contoh ptk pai sd doc
Ada tiga ciri pembelajaran inkuiri, yaitu pertama, Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan (peserta didik sebagai subjek belajar). Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.

c. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama yang berbasisi kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik, bagi peserta didik bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Wina Sanjaya dalam proses pembelajaran Kontekstual terdapat lima karakteristk penting yaitu :
a. Activiting knowledge artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
b. Understanding knowledge artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk pahami dan diyakini.
c. Acquiring knowledge memperoleh pengetahuan baru dengan cara deduktif artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara sederhana kemudian memperhatikan detailnya.

4. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelaj aran kontekstual digambarkan sebagai berikut :
a. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna.
b. Experiencing, belajar adalah kegiatan “ mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan ekspolasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptkan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
c. Applying, belajar menekankan pada proses mendemontasikan pengetahuan ysng dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.

5. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional
Tabel 2.1.
Perbedaan pembelaj aran kontekstual dengan konvensional

B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Sedangkan belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk perbaikan prilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap.
Prestasi belajar merupakan kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari peserta didik adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam bentuk nilai atau skor yang merupakan penilaian pengetahuan dan pengalaman terhadap ilmu yang dipelajari dan prestasi belajar yang dicapai antara yang satu dengan yang lainnya tentu tidak sama, karena kemampuan dan kesempatan setiap orang adalah berbeda.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis.
1) Aspek fisiologis
Ada beberapa faktor yang termasuk aspek fisiologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. contoh proposal ptk pai sd kelas 5 Maka hal ini akan berakibat prestasi belajar peserta didik juga akan terganggu.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patak kaki, patah tangan, lumpuh dan berbagai cacat tubuh lainnya.
Keadaan cacat tubuh juga mempengahuri belajar. Peserta didik yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi maka besar kemungkinan prestasi belajarnya akan terganggu juga.

2) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Inteligensi
Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko¬fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa persoalan otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.

b) Bakat (aptitude)
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya peserta didik lebih giat lagi dalam belajar.
c) Minat (Interest)
Minat secara sederhana dapat diartikan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Peserta didik yang menaruh minat besat tehadap pelajaran tertentu maka akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dan intensif yang pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari luar peserta didik, Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial anak adalah masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan disekitar perkampungan anak tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan akan sangat mempengahuri aktifitas belajar. Namaun yang paling mempengaruhi kegiatan belajar anak adalah orang tua dan keluarga anak itu sendiri.

2) Faktor Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah lingkungan alamiah, seperti udara yang segar dan panas, sinar yang terang atau gelap keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak. Lingkungan instrumental, seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga anak, alat dan media belajar, dan peraturan sekolah.
3. Ranah Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek atau ranah yaitu: a. Ranah Kognitif.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif ini dibedakan atas enam jenjang proses berfikir, yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling mendasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga dengan aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Pengetahuan ini merupakan proses berfikir paling rendah.
2) Pemahaman (comprehension)
Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang setingkat lebih tinggi dari ingatan.

3) Penerapan (application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus problem yang konkret dan baru. Download ptk pai sd pdf Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi/aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.

b. Ranah afektif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri ini dari hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti penghayatan terhadap mata pelajaran agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi, rasa hormat terhadap guru dan sebagainya. Dalam ranah afektif ini terdapat lima jenjang yaitu:
1) Menerima (receiving)
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan dari luar individu, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Contoh prestasi belajar afektif jenjang receiving, misalnya peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkarkan jauh-jauh.
2) Menjawab (responding)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.

3) Menilai (Valuing)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah memiliki kemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah¬tengah kehidupan masyarakat.

c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. 

C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara etimologis, pengertian pendidikan agama Islam digali dari al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber pendidikan Islam. Dari kedua sumber tersebut ditemukan ayat-ayat atau hadits-hadits yang mengandung kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan Islam, misalnya tarbiyah, ta ’lim, ta ’dib, bertolak dari tinjauan Islam.
Menurut Zakiah Darajat pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati. Jika direnungkan Syariat Islam tidak akan di hayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditunjukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya pendidikan agama Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran agama Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan agama Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar-dasar pendidikan agama Islam menurut Abu Ahmadi bahwa pendidikan Islam dibagi menjadi tiga yaitu: dasar religius, dasar yuridis, dan dasar sosial psikologis.
a. Dasar Keagamaan (religius)
Dalam al-Qur’an disebutkan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam, antara lain dalam firman Allah Surat at-Taubah ayat 122 sebagaimana berikut:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka itu telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S. at-Taubat: 122). 

Berdasarkan pendapat serta sabda Rasulullah saw di atas dapat diambil kesimpulan bahwa al-Qur’an dan Hadis adalah sebagai dasar religius tentang terlaksananya pendidikan agama Islam, sebab di dalam keduanya terdapat ajaran yang menganjurkan dan memerintahkan untuk dilaksanakannya proses belajar mengajar.

b. Dasar Yuridis atau Hukum
Yang dimaksud di sini adalah dasar-dasar yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal
1) Dasar Ideal (Pancasila)
Dasar ideal pendidikan agama Islam adalah Pancasila, yaitu sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Makna dari sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah setiap warga negara Indonesia harus beragama dalam menjalankan syariat agamanya tersebut dengan baik dan benar. Contoh ptk pendidikan agama islam sd doc Bagi umat Islam Indonesia agar dapat mewujudkan makna sila pertama dari pancasila dalam kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan pendidikan agama Islam.
2) Dasar Struktural/Konstitusional
Adalah dasar yang berasal dari perundang-undangan yang berlaku, yakni UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
(1) Negara berdasarkan atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Dalam pasal ini kebebasan memeluk agama dan kebebasan beribadah menurut agama yang dianutnya bagi warga Indonesia telah mendapat jaminan dari pemerintah dan hal ini sejalan dengan Pendidikan Agama Islam dan hal-hal yang terdapat di dalamnya.

c. Dasar Sosial Psikologis
Setiap manusia hidupnya selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan meminta pertolonganNya.
Seseorang akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi kepada Allah Swt, sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Ra’du: 28 yang berbunyi:

“(Yaitu) Orang-orang yang taubat yaitu mereka yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (dzikrullah) ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S. ar-Ra’du: 28).
Oleh karena itu, pendidikan agama Islam mempunyai tugas untuk memberikan dorongan, rangsangan dan bimbingan agar peserta didik dapat menyerap nilai yang terkandung dalam ajaran Islam tersebut, sehingga mereka dapat membentuk dirinya sesuai dengan nilai agama yang diajarinya, dan dapat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan sesuai dengan ketentuan Allah.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Untuk menjabarkan tujuan pendidikan Islam tidak dapat dilakukan tanpa melihat komponen-komponen sifat dasar yang ada pada manusia. Dengan mengetahui sifat dasar itu dapat dilihat kaitaannya antara tujuan Pendidikan Islam dengan usaha untuk membentuk pribadi muslim yang utama.
a. Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan bahwa sifat dasar yang ada pada manusia terdiri dari tubuh, ruh, dan akal, maka tujuan pendidikan Islam menurutnya harus dibangun berdasarkan ketiga komponen tersebut yang masing-masing harus dipelihara sebaik-baiknya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada :
1) Tujuan pendidikan jasmani, tujuan ini berkaitan dengan keadaan fisik manusia. Untuk mencapai tujuan ini maka perlu diberikan keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi kekuatan dan keperkasaan tubuh yang sehat dan bertujuan untuk meenghindari situasi yang mengancam kesehatan fisik para pelajar.

2) Tujuan pendidikan rohani, tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian, yaitu manusia bisa berhubungan dengan sang khaliq secara terus menerus.
3) Tujuan pendidikan akal, tujuan ini menekankan kepada perkembangan intelegensi manusia, diharapkan arah para pelajar dapat berfikir secara kreatif, inovatif dan spekulatif berdasarkan ajaran Islam.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan pembelajaran kontekstual maka prestasi belajar peserta didik kelas V SDN ... pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan.

DOWNLOAD LAPORAN PROPOSAL PTK PAI DOC

BAB III
METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh peserta didik.
Sedangkan menurut Suhardjono PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti atau dilakukan oleh guru itu sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran secara berkesinambungan. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.
Selanjutnya Suharsimi menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut :
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Download ptk pai sd kelas 5 lengkap
2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
PTK memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problem. Dilihat dari segi problem yang harus dipecahkan, PTK memiliki karakteristik penting, yaitu bahwa problema yang diangkat adalah problem yang dihadapi oleh guru dikelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi dikelas .


Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memperdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.
Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori yang muluk-muluk dan bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar peneliti yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan keterlibatan mereka dalam PTK sendiri akan menjadikan dirinya menjadi pakar peneliti di kelas, tanpa tergantung pada para pakar peneliti lain yang tidak tahu mengenai permasalahan kelasnya sehari-hari.

B. Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian ini akan diadakan selama satu bulan terhitung mulai izin penelitian secara lesan dan tertulis. Untuk pelaksanaannya akan dimulai pada bulan Oktober 2016 dan waktu pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan jam pelajaran PAI pada kelas yang digunakan sebagai obyek penelitian. Sedangkan tempat penelitian di SDN ... yang beralamat Kec.. Kab ...
C. Pelaksana dan Kolaborator
1. Pelaksana
Kehadiran peneliti di lapangan sebagai instrumen kunci penelitian mutlak diperlukan karena terkait dengan desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu dengan pendekatan kualitatif jenis kolaboratif-partisipatoris.
Selama penelitian tindakan ini dilakukan, pelaksana dalam penelitian ini adalah peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor hasil penelitian.

2. Kolaborator
Kolaborator adalah suatu kerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti atasan, sejawat atau kolega, kolaborator ini diharapkan dapat dijadikan sumber data, karena pada hakekatnya kedudukan peneliti pada penelitian tindakan kelas ini merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu yang ditelitinya. Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran PAI.
D. Sumber Data dan Jenis Data
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data atau subyek penelitian adalah peserta didik kelas V SDN ... dimana peserta didik tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan pembelajaran kontekstual.
Data penelitian ini mencakup:
1. Skor tes peserta didik dalam mengerjakan soal yang diberikan, hasil diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan.
2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas peserta didik.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik pada pembelajaran PAI berlangsung.

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada bidang studi PAI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V di SDN .... Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari dokumentasi, observasi dan interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi pre test dan post test.

E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut: 
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan merupakan suatu aktifitas untuk koleksi data, dengan cara mengamati dan mencatat mengenai kondisi-kondisi, proses-proses dan prilaku-prilaku obyek penelitian. Contoh ptk pai sd doc Menurut Sugiyono observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati aktifitas peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran.
Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah:
1. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari¬hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

2. Observasi Aktivitas Kelas
Observasi aktivitas kelas merupakan suatu pengamatan langsung terhadap peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku peserta didik, kerja sama, serta komunikasi di antara peserta didik dalam kelompok.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang¬barang tertulis.11 Menurut Sutan Surya dokumentasi merupakan perbuatan dan penyimpanan bukti-bukti (gambar, tulisan, suara dan lain-lain) terhadap segala hal baik obyek atau juga peristiwa yang terjadi.
Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mendapatkan data tentang profil SDN ... yang mencangkup identitas sekolah, visi misi sekolah, data peserta didik dan data penunjang lainnya.

c. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran atau penilaian. Sedangkan menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka antara yang satu dengan lainnya.
Pengukuran tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan pembelajaran PAI dalam penerapan pembelajaran kontekstual.
Tes yang dimaksud meliputi tes awal atau tes pengetahuan pra syarat yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Contoh ptk pendidikan agama islam sd doc Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga akan dijadikan acuan tambahan dalam mengelompokkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar, di samping menggunakan nilai ulangan harian selanjutnya skor tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu peserta didik.

F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Dalam analisis ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Adapun kriteria penilaian untuk lembar pengamatan aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Penilaian pertama apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung < 25% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran masih tergolong kurang (disimbolkan dengan huruf D).
b. Penilaian kedua apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 25% dan > 50% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong cukup (disimbolkan dengan huruf C).
c. Penilaian ketiga apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 50% dan ~ 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong baik (disimbolkan dengan huruf B).

d. Penilaian keempat apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong baik sekali (disimbolkan dengan huruf A)


2. Data tentang hasil belajar setiap siklus diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus dan data prestasi belajar secara keseluruhan setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajarannya. Adapun langkah perhitungan adalah dengan cara menghitung presentase jawaban benar yang dicapai setiap peserta didik yang dirumuskan sebagai berikut.
Gambar 3.1

Dari perhitungan ini, peneliti dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan peserta didik atas materi yang diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar (indikator keberhasilan) yang diharapkan atau yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat kuntitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis dan dirubah menjadi kualitatif dengan menggunakan rumus:
Gambar 3.2

G. Tahapan Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian.
Adapun model tahapan penelitian mengacu pada Kemmis dan McTaggart yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model penelitian tindakan kelas

1. Pra siklus
Tahap prasiklus ini peneliti akan melihat dan observasi langsung pembelajaran PAI di kelas V SDN .... Pada pelaksanaan pra siklus ini guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu belum menerapklan pembelajaran kontekstual.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini juga akan diukur dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada siklus satu dan siklus dua.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti membuat rencana pembelajaran dan soal tes akhir pembelajaran tiap siklus. Proses penyusunannya melalui tahapan sebagai berikut :
1) Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber untuk dibuat rencana pembelajaran dan soal tes.
2) Menyusun materi yang akan disampaikan.
3) Menyusun alat evaluasi berupa tes kelompok dan tes individu.
4) Peneliti mengkonsultasikan rencana pembelajaran dan soal-soal
tes kepada guru mitra selaku kolaborator untuk diperbaiki,
sehingga menjadi rancangan yang layak digunakan dalam
penelitian.
5) Peneliti melakukan proses akhir yaitu mencetak rencana pembelajaran dan soal tes sehingga siap digunakan dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada siklus satu secara garis besar adalah sebagai berikut :
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai pelajaran lalu menjawab salam.
b) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik.
c) Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek .

2) Kegiataan inti
a) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok, masing¬masing terdiri empat atau lima anggota kelompok dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya).
b) Guru memberikan tugas yang terencana dengan membagikan materi pembelajaran pada hari itu kepada setiap kelompok.
c) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu :
(1) Menelaah materi yang telah dibagikan kepada setiap kelompok dan membuat contoh riil yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
(2) Saling membantu menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh guru melalui sharing antar sesama anggota kelompok.
(3) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing¬masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah).

3) Penutup
a) Mengulas kembali materi pembelajaran.
b) Merangkum materi pembelajaran.
c. Pengamatan
1) Selama proses pembelajaran guru mengamati setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik.
2) Guru mencatat keberhasilan kendala-kendala yang dialami dalam proses pebelajaran yang belum sesuai dengan harapan.
d. Refleksi
1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari¬hari.
2) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman spiritual peserta didik terkait dengan topik pelajaran.
3) Secara kolaboratif peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus kedua.
4) Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pelaksanaan siklus satu.

3. Siklus II
Untuk pelaksanaan siklus dua secara teknis sama seperti pelaksanaan siklus satu. langkah-langkah dalam siklus dua ini yang perlu ditekankan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (siklus dua merupakan perbaikan dari siklus satu dan berdasarkan hasil refleksi siklus satu) akan dijelaskan sebagai berikut: Download ptk pai sd pdf
a. Perencanaan
Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus I. 
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus satu. Adapun langkah-langkah pembelajarannya hampir sama seperti langkah-langkah pada siklus satu diantaranya :
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai pelajaran lalu menjawab salam.
b) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik.
c) Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek .

2) Kegiataan inti
a) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok, masing¬masing terdiri empat atau lima anggota kelompok dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka (kelompok pada siklus ini telah di rubah tidak sama dengan siklus satu).
b) Guru memberikan tugas yang terencana (bisa lewat alat peraga, permainan dan sebagainya) yang mengarahkan peserta didik dapat menemukan atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
c) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu :
(1) Saling membantu menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh guru melalui sharing antar sesama anggota kelompok.
(2) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing¬masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah).
(3) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing.

d) Memberikan pujian kepada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih.
e) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
f) Guru membubarkan kelompok yang telah dibentuk dan peserta didik kembali ketempat duduk masing-masing.
3) Penutup
a) Mengulas kembali materi pembelajaran.
b) Merangkum Materi pembelajaran.
c. Pengamatan
Guru melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus I.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus dua ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

H. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penilitian tindakan kelas ini apabila :
1. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik (termasuk aktivitas peserta didik) kelas V SDN ... pada mata pelajaran PAI, apabila peran guru selama proses pembelajaran sesuai dengan skenario dalam proses pembelajaran kontekstual, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan indikator sebagai berikut.
a. Aktivitas belajar peserta didik telah mencapai kriteria baik sekali, dengan jumlah presentase aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran sekurang-kurangnya 75%.
b. Prestasi belajar peserta didik yang berupa nilai tes peserta didik (setelah tindakan penelitian) lebih dari atau sama dengan 70 sebanyak 75% dari seluruh peserta didik di kelas V SDN ... dan rata-rata kelas lebih dari 7,0.
2. Ditemukannya cara yang paling efektif dalam menerapkan pembelajaran kontekstual.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PAI SD PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DAFTAR PUSTAKA


Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992.
Ahmadi, Abu, Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA), Bandung: Armico, 1986.
Arief, Armani, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi aksara, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Fauzi, Ahmad, “Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pokok Garis dan Sudut Peserta Didik Kelas VII A MTs As-Syafi’iyah Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007.
Iksan, Khoirul, “Peningkatan Proses Belajar Mengajar Melalui Strategi PembelajaranKontekstual”,http://my. opera. com/khairul11/blog/2009/03/2.
Khadim al Haramain asy Syarifain, al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah: Lembaga Percetakan al-Qur’an Raja Fahd, 1990.
Mahmudin, “Pembelajaran ontekstual”, http://-pengertian. blogsp ot. com/2009/12/ pengertian-pembelajaran- kontekstual-ctl. Htm1.
“Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran”, http://mahmuddin. wordpress. com/2009/1 1/10.
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, Semarang: Rasail, 2009.
Resna Yunanti, “Aplikasi Pembelajaran Kontekstual pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SDN Ketawanggede 1 Malang”, Skripsi, Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008.
SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail, 2009.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Surya, Sutan, Panduan Menulis Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Pustaka Pena, 2006.
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Trianto, Mendesain Model Pembelajarn Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010.
Tirtarahardja, Umar, dkk, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
UUD RI 1945, Undang- Undang Dasar Republik Indonesia beserta Amandemennya, Solo: Adzana Putra, 2010.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya CONTOH PTK PAI KELAS V SD TERBARU WORD

download ptk pai sd, download ptk pai sd kelas 5 lengkap, contoh ptk pai sd untuk kenaikan pangkat, ptk pai sd masa pandemi, ptk pai sd kurikulum 2013, ptk pai sd tentang puasa, ptk pai sd tentang shalat, ptk pai sd tentang wudhu, ptk pai sd daring, download ptk pai sd lengkap doc, contoh ptk pai sd kelas 3, ptk pendidikan agama islam sd kelas 4, ptk pai sd kelas 6, contoh laporan ptk pai sd.